GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA

Propeller Ads

Propeller Ads

Monday, May 9, 2016

SEKOLAH DASAR DI ELOK KOLONG (Bagian 4)

SEBUAH PERJUANGAN UNTUK MENGGAPAI CITA-CITA
ANAK-ANAK PEDALAMAN YANG BERPENDIDIKAN
(P. Firminus Andjioe OFMCap)

Kini keempat guru muda,  yakni Albertus Alang, Stefanus Agung, Dominikus Mudut dan Nurhayati yang mengajar di SD kelas jauh SDN 01 Elok Asam, Kecamatan Subah, Kabupaten Sambas sudah kuliah di UT Sambas. Kuliah setiap hari Minggu, dari Minggu pagi sampai Minggu sore. Agar tidak terlambat, mereka berangkat ke Sambas pukul 05.00. “Dengan kuliah ini semangat kami mengajar bertambah”, begitulah kata Stepanus Agung. Keempat guru muda ini dapat kuliah berkat kemurahan hati para dermawan yang disalurkan melalui pastor Firminus Andjioe OFM Cap.

Albertus Alang mengatakan, “Dengan kuliah wawasan kami dibuka dalam cara kami mengajar, menyampaikan isi materi dan memperdalam isi materi pelajaran. Selain mengajar kami sadar bahwa kami juga berperan sebagai pendidik, menanamkan nilai-nilai kehidupan bagi murid-murid”.


Hidup sehari-hari

Ketika penulis berjumpa dengan keempat guru, 2 minggu yang lalu, tampak mereka agak kurus. Muka mereka sedikit cekung. Kesan yang sama juga dilihat oleh Bapak Jacob Pujana, anggota DPRD Kabupaten Sambas, yang sekaligus juga wakil dewan paroki, yang ikut membantu biaya transportasi mereka. Ketika penulis bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian tampak kurus?” Sambil tertawa mereka menjawab, “Makanan kami kurang gizi. Kadang kami makan seadanya saja.” Dalam hati penulis maklum, sebab di samping menanggung tugas mengajar, para guru muda  ini sekarang juga harus menanggung tugas belajar.

Dua hari sebelum tulisan ini dibuat, HP penulis berdering. Ternyata dari Alang. Ia kemudian berkata, “Maaf Pastor, tempo hari saya tidak bisa langsung membalas SMS Pastor, karena baru sekarang  saya dapat membeli pulsa dari hasil mengojek. Pas kebetulan ada orang yang minta diantar ke pusat kecamatan untuk mengurus surat-suratnya.” Inilah sedikit gambaran kehidupan keseharian guru-guru muda ini untuk menunjang kehidupan harian mereka. Usaha lain yang mereka kerjakan adalah menanam lada di sebidang tanah yang diberikan seorang Bapak untuk mereka tanami. Penulis sendiri menyumbangkan bibit untuk mereka. Hanya sayang sekarang tanaman lada mereka yang masih muda itu tinggal beberapa batang saja, sebab lahan mereka yang ada di dataran rendah tergenang air, akibat hujan yang berkepanjangan. Dari apa yang dipaparkan di atas, nampaklah bahwa mereka sebenarnya sudah berusaha untuk mandiri dengan meningkatkan pendapatan  mereka salah satunya untuk dapat makan makanan yang bergizi, namun belum semuanya berhasil.


Hidup dengan pelita

Nuansa kehidupan lain yang dapat digambarkan adalah ketika malam tiba mereka mempergunakan pelita untuk penerangan mereka. Apabila sudah mau tidur, pelita itu dipadamkan untuk menghemat biaya minyak. Jadi di sini para guru ini tidur dalam kegelapan. Di wilayah mereka, listrik belum masuk sampai ke kampung-kampung. Karena itu kalau mau mengecas HP, mereka harus pergi ke pusat Desa Elok Asam. Tentang sinyal HP, mereka hanya dapat menerimanya di bubungan rumah guru yang mereka tempati. Karenanya ketika mau mengirim sms atau menelepon, mereka harus naik ke bubungan, agar sms dan telepon mereka dapat berfungsi dengan baik. Kepada mereka penulis katakana, “Kalian berempat, memang luar biasa.”                                                                           

0 komentar:

Post a Comment