GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA

Propeller Ads

Propeller Ads

Tuesday, December 13, 2016

PROFESI PERDANA DAN 25 TAHUN HIDUP MEMBIARA

PROFESI PERDANA DAN 25 TAHUN HIDUP MEMBIARA
PARA SUSTER KFS DI PAROKI SAMBAS


Kamis, 8 Desember 2016, pukul 09.00 WIB bertepatan dengan Hari Raya St. Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, Gereja Kristus Raja, Sambas terlihat lain. Banyak pastor, biarawan-biarawati dan umat terlihat hadir, karena lima orang suster KFS, yakni: Sr. M. Clara KFS, Sr. M. Helena KFS, Sr. M. Eufrasia Baptista KFS, Sr. M. Gaudentia KFS, Sr. M. Gemma Galgani KFS  mengucapkan profesi perdana dan tiga orang suster KFS, yakni: Sr. M. Irene KFS, Sr. M. Yulita KFS, Sr. M. Yenny Baptista KFS merayakan pesta perak hidup membiara. Prosesi mereka memasuki gereja didahului para penarik Dayak yang dengan apiknya menghantar para suster dan keluarga yang berpesta menuju altar.


Apa yang menjadikan perayaan profesi perdana dan pesta perak para suster KFS ini lebih istimewa adalah kehadiran 3 Uskup, yakni Mgr. Hieronimus Bumbun OFMCap, uskup emeritus Keuskupan Agung Pontianak, yang bertindak sebagai selebran utama, dua uskup konselebran, yakni Uskup Palangkaraya, Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka MSF dan Uskup Agats, Mgr. Aloysius Murwito OFM dan juga 16 imam konselebran.


Belajar dari Teladan Keutamaan Bunda Maria

Dalam homilinya Mgr. Aloysius Murwito OFM menyatakan kepada umat yang hadir, bahwa ada tiga keutamaan yang dapat dipelajari dan diteladani dari sosok Bunda Maria, yang oleh Gereja diberi gelar “Dikandung Tanpa Noda Dosa”. 


Pertama, Bunda Maria adalah sosok wanita yang penuh dengan iman. Orang yang mengandalkan seluruh hidupnya kepada Allah. Dan orang yang beriman itu memperlihatkan diri sebagai orang yang tiada ragu. Hidupnya di dalam Tuhan penuh dengan kepastian, karena hatinya terbuka lebar-lebar untuk menerima rahmat Tuhan. Rahmat Tuhan inilah yang membuat seseorang hidupnya suci. Keterbukaannya inilah yang menyebabkan hidup Maria dipenuhi dengan rahmat dan berkat Tuhan. Iman Maria tampak dalam tanggapannya terhadap warta Malaikat Gabriel. Ia berani menjawab ya atas rencana Tuhan di dalam hidupnya, suatu kepastian tanpa keraguan, sehingga sekalipun ia adalah wanita yang biasa, namun hidupnya dapat menghasilkan yang luar biasa. Sikap iman Maria ini jauh melebihi sikap iman Zakharia, yang sekalipun ia adalah seorang imam, namun karena keraguannya terhadap Malaikat, ia akhirnya menjadi bisu. Hidup Maria adalah hidup yang seutuhnya dibaktikan bagi Tuhan.


Kedua, Bunda Maria adalah wanita yang penuh kebajikan. Yang menyertai dirinya adalah berkat Allah, yang ia coba dengan merawat, menjaga dan memeliharanya. Dengan bahasa kita, karunia dan rahmat Tuhan yang diberikan ditanggapi dengan disiplin diri yang kuat dalam hal-hal yang sederhana, tugas-tugas harian baik yang besar, maupun yang kecil dan juga dalam hal yang biasa-biasa saja. Kebajikan ini juga didukung oleh keberanian Bunda Maria untuk menjawab ya, penuh kepastian atas warta Malaikat yang disampaikan kepadanya. Kalau kita berani menjawab ya seperti Bunda Maria, maka konsekuensinya kita juga seharusnya mengubah cara hidup kita, yang oleh Paus Fransiskus disebut berani meninggalkan kenyaman hidup. Kita juga harus berani keluar dari diri kita sendiri. Kalau ini yang terjadi, maka kita akan dapat menghasilkan buah-buah besar di dalam kehidupan kita, sebagaimana telah dihasilkan juga oleh para suster KFS yang berpesta 25 tahun hidup membiara.


Ketiga, Bunda Maria adalah seorang wanita yang penuh dengan Roh Kudus. Ketika seseorang, pikiran dan hatinya terbuka lebar-lebar terhadap Roh Kudus, maka hidupnya semakin sesuai dengan kehendak Tuhan. Dan inilah sebenarnya yang disebut suci, tanpa noda, karena kita selalu bekerja sama dengan Roh Kudus. Hidup suci bagi kita tidaklah mustahil sebab Allah sendiri memang telah “memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapannya” (Ef.1:4). Untuk lima suster yang berprofesi perdana, Mgr. Aloysius berpesan, agar Bunda Maria kiranya dapat dijadikan sebagai contoh dan teladan dalam mengikuti panggilan Tuhan. Ia berharap, agar kelima suster senantiasa berani membuka pikiran dan hati lebar-lebar atas rahmat Tuhan yang sedang bekerja.  Tiga suster yang berpesta perak juga dapat menjadi contoh bagi mereka. Dalam meniti panggilan Tuhan kadang muncul keraguan, tetapi kalau kelima suster tetap mau menjawab panggilan Tuhan dan bekerja sama dengan rahmat-Nya, maka mereka pasti akan mampu. Di sini peranan doa tidak boleh dilupakan. Doa janganlah dilihat sebagai kewajiban atau peraturan, tetap sungguh sesuatu yang mengalir dalam rasa cinta kepada Tuhan dan suatu kesempatan untuk senantiasa menimba kekuatan dari Roh Kudus yang selalu menyertai hidup kita.


Kepada kelima suster yang berprofesi perdana dan ketiga suster yang berpesta perak, Mgr. Aloysius meminta mereka untuk tidak segan-segan juga belajar dari St. Fransiskus. Sebab selama hidupnya St. Fransiskus sungguh mencintai Bunda Maria dan meletakkan ordonya dalam perlindungan Bunda Maria Ratu Para Malaikat. St. Fransiskus sungguh mengalami dan merasakan kasih dan penyertaan Bunda Maria dalam tantangan dan kesulitan yang dialami ordonya.

Dipanggil Bukan untuk Sukses, tetapi untuk Setia

Sr. M. Yulita KFS dalam kata sambutan yang mewakili yang berpesta menyatakan,  bahwa pada awal menanggapi panggilan Tuhan, angkatan mereka berjumlah 18 suster. Tetapi dalam perjalanan waktu akhirnya 7 suster yang tinggal, yakni 3 suster yang merayakan pesta perak di Sambas dan 4 suster lain yang merayakan pesta perak di Flores, yakni Sr. M. Imeldine KFS, Sr. M. Carolina KFS, Sr. M. Emanuela KFS dan Sr. M. Theodora KFS.


Ia kemudian mengungkapkan, pengalaman menghidupi panggilan 25 tahun membiara tidaklah selalu berjalan mulus. Banyak tantangan, godaan dan cobaan baik dalam suka maupun duka. Namun demikian ia menyatakan, bahwa “selama kami tinggal di biara kami lebih banyak mengalami sukanya daripada dukanya.” Kata-kata ini disambut umat dengan tepuk tangan yang meriah.


Ia selanjutnya mengutip kata-kata bijak buah-buah dari refleksi yang mengatakan demikian, “Saat aku tak paham akan maksud Tuhan, aku memilih tetap percaya; saat aku tertekan oleh kecewa, aku memilih untuk tetap bersyukur; saat rencana hidupku berantakan, aku memilih untuk tetap bersabar; saat putus asa melingkup diriku, aku memilih untuk tetap maju.  Hidup dan panggilanku adalah pilihan. Tetapi apapun yang aku alami dalam hidup ini aku tetap percaya bahwa Yesusku dahsyat (Ayb.42:2). Aku dipanggil bukan untuk sukses tetapi untuk setia.


Ucapan Selamat, Doa dan Harapan dari keluarga

Sementara itu, Ibu Carolina Evin yang mewakili keluarga yang berpesta mengucapkan selamat dan sukses atas perayaan misa syukur kelima suster yang berprofesi perdana dan tiga suster yang berpesta 25 tahun hidup membiara. Ia mendoakan, agar para suster senantiasa diberi umur panjang di dalam tugas dan pelayanan. Ia berharap, agar di antara kaum muda, banyak juga yang terpanggil dan terinspirasi untuk hidup membiara. Ia juga memberi nasihat, agar para orang tua tidak perlu takut, jika putra atau putrinya ada yang terpanggil untuk hidup membiara, sebab sebagaimana kesaksian suster yang berpesta 25 tahun hidup membiara, hidup menjadi suster lebih banyak bahagianya daripada susahnya.


Harapan Tuhan Pasti Lebih Baik

Sr. Maria Elisa KFS sebagai Pemimpin Umum KFS dalam kata sambutannya mengatakan, adalah sejarah baru dalam kongregasi KFS, bahwa 3 uskup berkenan hadir dalam perayaan pesta ini. Ia mengucapkan banyak terima kasih, kepada para pastor, bruder, suster, frater, bapak-ibu dan kepada semuanya yang telah mendukung acara pesta ini, sehingga perayaan ekaristi dapat berjalan dengan baik dan lancar.


Kepada tiga suster yang berpesta perak, Sr. Elisa mengucapkan profisiat dan selamat atas perayaan 25 hidup membiara. Ia mengucapkan terima kasih atas sumbangan suster yang telah berjuang dan mengabdi di KFS dan ia mengajak mereka untuk terus maju dan berjuang mengabdi Tuhan dan Gereja-Nya di dalam Kongregasi Fransiskanes Sambas. Kepada lima suster yang berprofesi perdana, Sr. Elisa berterima kasih, karena mereka telah memilih KFS untuk mengabdi Tuhan dan berkarya bagi kemuliaan-Nya.


Kepada para orang tua dari para suster yang berkaul perdana, ia mengucapkan terima kasih karena mereka telah rela memberikan putri terbaiknya untuk hidup dan berkarya di KFS.  Ia yakin, sekalipun orang tua mempunyai harapan yang baik untuk putrinya, tetapi harapan Tuhan terhadap putri-putri mereka pasti lebih baik daripada yang dapat mereka pikirkan. Ia juga mendoakan, agar kiranya Tuhan memberikan berkat-Nya yang melimpah kepada orang tua serta keluarga para suster semua, yang telah merelakan putri-putri mereka untuk bergabung dalam KFS.

Hadiah Rosario

Dalam kata sambutannya yang bergaya humor, Mgr. A.M. Sutrisnaatmaka MSF, mengucapkan selamat kepada kelima suster yang telah mengucapkan profesi perdana dan juga kepada ketiga suster yang berpesta 25 tahun hidup membiara.


Namun demikian, Mgr. Sutrisnaatmaka juga bukan hanya menyampaikan kata sambutan, tetapi ia juga memberikan hadiah rosario kepada ketiga suster yang berpesta perak dan juga kepada pimpinan umum KFS. Dengan hadiah ini ia berharap, agar suster KFS jika jumlah para susternya bertambah juga bersedia mengutus susternya ke Keuskupan Palangkaraya.


Kepada para suster yang berpesta perak dan menerima Rosario, Mgr. Sutrisnaatmaka berpesan, agar para suster mendoakan semua umat di keuskupan masing-masing, termasuk juga Palangkaraya dan juga KFS, sebab Bunda Maria pasti akan menyertai kita semua.

Untuk lima suster yang baru berprofesi perdana, Mgr. Sutrisnaatmaka tidak memberikan hadiah secara khusus. Ia hanya berseloroh, hadiah baru akan diberikan kala mana mereka juga mampu mencapai perayaan 25 tahun hidup membiara.


Sesudah upacara liturgi di gereja, perayaan profesi perdana lima suster KFS dan pesta 25 tahun hidup membiara suster 3 suster KFS kemudian dilanjutkan dengan acara ramah tamah di Biara St. Fransiskus Xaverius, rumah induk para suster KFS. (FCW).

Wednesday, December 7, 2016

PESAN NATAL BERSAMA PGI DAN KWI TAHUN 2016

"Hari Ini Telah Lahir Bagimu Juruselamat,
Yaitu Kristus, Tuhan di Kota Daud" (Lukas 2:11)


Saudari-Saudara umat Kristiani di Indonesia,

Salam sejahtera dalam kasih Kristus.

Setiap merayakan Natal hati kita dipenuhi rasa syukur dan sukacita. Allah berkenan turun ke dunia, masuk ke dalam hiruk-pikuk kehidupan kita. Allah bertindak memperbaiki situasi hidup umat-Nya. Berita sukacita itulah yang diserukan oleh Malaikat: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11). Belarasa Allah itu mendorong kita untuk melakukan hal yang sama sebagaimana Dia lakukan. Inilah semangat atau spiritualitas inkarnasi.

Keikutsertaan kita pada belarasa Allah itu dapat kita wujudkan melalui upaya untuk menyikapi masalah-masalah kebangsaan yang sudah menahun. Dalam perjuangan mengatasi masalah-masalah seperti itu, kehadiran Juruselamat di dunia ini memberi kekuatan bagi kita. Penyertaan-Nya menumbuhkan sukacita dan harapan kita dalam mengusahakan hidup bersama yang lebih baik. Oleh karena itu, kita merayakan Natal sambil berharap dapat menimba inspirasi, kekuatan dan semangat baru bagi pelayanan dan kesaksian hidup, serta memberi dorongan untuk lebih berbakti dan taat kepada Allah dalam setiap pilihan hidup.

Saudari-saudara terkasih,

Kita akan segera meninggalkan tahun 2016 dan masuk tahun 2017. Ada hal-hal penting yang perlu kita renungkan bersama pada peristiwa Natal ini. Sebagai warga negara kita bersyukur bahwa upaya pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia semakin memberi harapan bagi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan yang merata. Walaupun belum sesuai dengan harapan, kita sudah menyaksikan adanya peningkatan dan perbaikan pelayanan publik, penegakan hukum, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kualitas pendidikan. Kita dapat memandangnya sebagai wujud nyata sukacita iman sebagaimana diwartakan oleh malaikat kepada para gembala, “aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa” (Luk 2:10).

Memang harus kita akui bahwa masih ada juga segi-segi kehidupan bersama yang harus terus kita perhatikan dan perbaiki. Misalnya, kita kadang masih menghadapi kekerasan bernuansa suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Masalah korupsi dan pungli juga masih merajalela, bahkan tersebar dari pusat hingga daerah. Kita juga menghadapi kemiskinan yang sangat memprihatinkan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kemiskinan per Maret 2016 masih sebesar 28,01 juta jiwa. Keprihatinan lain yang juga memerlukan perhatian dan keterlibatan kita untuk mengatasinya adalah peredaran dan pemakaian narkoba. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2015 memperlihatkan bahwa pengguna narkoba terus meningkat jumlahnya. Pada periode Juni hingga November 2015 terjadi penambahan sebesar 1,7 juta jiwa, dari semula 4,2 juta menjadi 5,9 juta jiwa. Semakin banyaknya pengguna narkoba itu tidak lepas dari peran produsen dan pengedar yang juga bertambah.

Kita juga harus bekerja keras untuk mendewasakan dan meningkatkan kualitas demokrasi. Penyelenggaraan Pemilu merupakan salah satu sarananya, seperti Pemilihan Umum Kepala Daerah serentak (Pilkada serentak) yang akan dilaksanakan tanggal 15 Februari 2017 di 101 daerah terdiri atas 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota. Peristiwa itu akan menjadi ujian bagi partisipasi politik masyarakat dan peningkatan kualitas pelaksana serta proses penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut. Tantangan-tantangan tersebut, sebagaimana juga masalah lainnya, harus kita hadapi. Jangan sampai persoalan-persoalan sosial dan kemanusiaan itu membuat kita merasa takut. Kepada kita, seperti kepada para gembala, malaikat yang mewartakan kelahiran Yesus mengatakan “jangan takut” (Luk 2:10).

Saudari-saudara terkasih,

Marilah kita jadikan tantangan-tantangan tersebut kesempatan untuk mengambil prakarsa dan peran secara lebih nyata dalam menyikapi berbagai persoalan hidup bersama ini. Kita ciptakan hidup bersama yang damai dengan terus melakukan dialog. Kita lawan korupsi dan pungli dengan ikut aktif mengawasi pelaksanaan dan pemanfaatan anggaran pembangunan. Kita atasi problem kemiskinan, salah satunya dengan meningkatkan semangat berbagi. Kita lawan narkoba dengan ikut mengupayakan masyarakat yang bebas dari narkoba, khususnya dengan menjaga keluarga kita terhadap bahaya barang terlarang dan mematikan itu.

Kita tingkatkan kualitas demokrasi kita melalui keterlibatan penuh tanggungjawab dengan menggunakan hak pilih dan aktif berperan serta dalam seluruh tahapan dan pelaksanaan Pilkada. Kita juga berharap agar penyelenggara Pilkada dan para calon kepala daerah menjunjung tinggi kejujuran dan bersikap sportif, menaati semua aturan yang sudah ditentukan dan aktif berperan menjaga kedamaian demi terwujudnya Pilkada yang berkualitas. Kita tolak politik uang. Jangan sampai harga diri dan kedaulatan kita sebagai pemilih kita korbankan hanya demi uang.

Kita syukuri kehadiran Yesus Kristus yang mendamaikan kembali kita dengan Allah. Inilah kebesaran kasih karunia Allah, sehingga kita layak disebut sebagai anak-anak Allah (1Yoh 2:1). Di dalam Yesus Kristus kita memperoleh hidup sejati dan memperolehnya dalam segala kelimpahan (Yoh 10:10). Kita syukuri juga berkat yang telah kita terima sepanjang tahun yang segera berlalu.

Kita sampaikan berkat sukacita kelahiran Yesus Kristus ini kepada sesama kita dan seluruh ciptaan. Kita mewujudkan karya kebaikan Allah itu melalui perhatian dan kepedulian kita terhadap berbagai keprihatinan yang ada dengan aktif mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan dan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, perayaan kelahiran Yesus Kristus ini dapat menjadi titik tolak dan dasar bagi setiap usaha kita untuk lebih memuliakan Allah dalam langkah dan perbuatan kita.

SELAMAT NATAL 2016 DAN TAHUN BARU 2017

Jakarta, 10 Novembe 2016

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA
DI INDONESIA (PGI)
WALIGEREJA INDONESIA (KWI)

Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang
(Ketua Umum)

Mgr. Ignatius Suharyo 
(Ketua)
Pdt. Gomar Gultom
(Sekretaris Umum)
Mgr. Antonius S. Bunjamin OSC
(Sekretaris Jendral)

Saturday, October 22, 2016

PESAN PAUS FRANSISKUS PADA MINGGU MISI SEDUNIA KE-90

(23 Oktober 2016)

Gereja Misionaris, Kesaksian Belaskasih 


Saudara dan saudari terkasih,
Yubileum Luar Biasa Kerahiman, yang sedang Gereja rayakan, melontarkan terang yang berbeda pada Hari Minggu Misi Sedunia 2016 : ia mengajak kita untuk mempertimbangkan misi ad gentes sebagai karya kerahiman yang luas sekali, baik rohani dan jasmani. Pada Hari Minggu Misi Sedunia ini, kita semua diundang untuk "pergi keluar" sebagai murid-murid misioner, masing-masing orang dengan murah hati menawarkan talenta, kreativitas, kebijaksanaan dan pengalaman mereka untuk membawa pesan kelembutan dan belas kasih Allah kepada seluruh umat manusia. Dengan keutamaan mandat misioner, Gereja memedulikan mereka yang tidak mengenal Injil, karena ia menginginkan semua orang diselamatkan dan mengalami kasih Tuhan. Ia "ditugaskan untuk memberitakan kerahiman Allah, detak jantung Injil" (Misericordiae Vultus, 12) dan mewartakan kerahiman di setiap penjuru dunia, menjangkau setiap orang, tua maupun muda.

Ketika kerahiman berjumpa seseorang, ia membawa sukacita yang mendalam kepada hati Bapa; karena sejak awal Bapa telah dengan penuh kasih berpaling ke arah orang-orang yang paling rentan, karena keagungan dan kuasa-Nya terungkap justru dalam kemampuan-Nya mengidentifikasi bersama orang-orang muda, orang-orang yang terpinggirkan dan orang-orang yang tertindas (bdk. Ul 4:31; Mzm 86:15;103:8;111:4). Ia adalah Allah yang baik, peduli dan setia yang dekat dengan mereka yang membutuhkan, terutama orang-orang miskin; Ia melibatkan diri-Nya dengan lembut dalam kenyataan manusiawi sama seperti yang dilakukan seorang ayah dan ibu dalam kehidupan anak-anak mereka (bdk. Yer 31:20). Ketika berbicara tentang rahim, Kitab Suci menggunakan kata yang menandakan kerahiman : oleh karena itu ia mengacu pada kasih seorang ibu bagi anak-anaknya, yang akan selalu ia kasihi, dalam setiap keadaan dan terlepas dari apa yang terjadi, karena mereka adalah buah dari rahimnya. Ini juga merupakan sebuah aspek penting kasih yang dimiliki Allah bagi semua anak-anak-Nya, yang Ia ciptakan dan yang Ia ingin besarkan dan didik; dalam menghadapi kelemahan dan perselingkuhan mereka, hati-Nya dikuasai dengan belas kasih (bdk. Hos 11:8). Ia penuh belas kasih terhadap semua orang; kasih-Nya untuk semua orang dan kasih sayang-Nya meluas ke seluruh ciptaan (Mzm 144:8-9).

Kerahiman menemukan ungkapannya yang paling mulia dan lengkap dalam Sang Sabda yang menjelma. Yesus mewahyukan wajah Bapa yang kaya dalam kerahiman; Ia "membicarakan [kerahiman] dan menjelaskannya dengan penggunaan perbandingan dan perumpamaan, tetapi terutama Ia sendiri menjadikannya menjelma dan mempribadikannya”; (Yohanes Paulus II, Dives in Misericordia, 2). Ketika kita menyambut dan mengikuti Yesus dengan sarana Injil dan sakramen-sakramen, kita bisa, dengan bantuan Roh Kudus, menjadi bermurah hati seperti Bapa di surga murah hati; kita bisa belajar untuk mengasihi seperti Ia mengasihi kita dan menjadikan dari hidup kita karunia cuma-cuma, tanda kebaikan-Nya (bdk. Misericordiae Vultus, 3). Gereja, di tengah-tengah umat manusia, pertama-tama adalah komunitas yang hidup dengan kerahiman Kristus: ia merasakan tatapan-Nya dan merasakan Ia telah memilihnya dengan kasih-Nya yang murah hati. Melalui kasih inilah Gereja itu menemukan mandatnya, menghayatinya dan menjadikannya dikenal semua orang melalui dialog yang penuh hormat dengan setiap budaya dan keyakinan keagamaan.

Kasih yang murah hati ini, seperti pada masa-masa awal Gereja, dipersaksikan oleh banyak pria dan wanita dari segala usia dan keadaan. Kehadiran yang cukup besar dan bertumbuh dari para perempuan di dunia misioner, bekerja bersama rekan-rekan laki-laki mereka, adalah sebuah tanda penting dari kasih keibuan Allah. Para perempuan, awam dan pelaku hidup bakti, dan hari ini bahkan banyak keluarga, melaksanakan panggilan misioner mereka dalam berbagai bentuk : dari mewartakan Injil hingga pelayanan amal. Bersama-sama dengan karya penginjilan dan sakramental, para perempuan dan keluarga-keluarga sering lebih kurang memahami masalah orang-orang dan tidak tahu bagaimana berurusan dengan mereka, berkali-kali, dalam cara yang tepat dan menyegarkan : dalam kepedulian terhadap kehidupan, dengan fokus yang kuat pada orang-orang ketimbang tatanan-tatanan, dan dengan mengalokasikan sumber daya manusia dan rohani menuju pembangunan hubungan yang baik, keselarasan, kedamaian, kesetiakawanan, dialog, kerja sama dan persaudaraan, baik antar individu maupun dalam kehidupan sosial dan budaya, khususnya melalui kepedulian terhadap orang-orang miskin.

Di banyak tempat penginjilan dimulai dengan pendidikan, yang kepadanya karya misioner mendedikasikan banyak waktu dan usaha, seperti pengurus kebun anggur dalam Injil (bdk. Luk 13:7-9; Yoh 15:1), dengan sabar menunggu berbuah setelah bertahun-tahun budidaya yang lambat; dengan cara ini mereka melahirkan sebuah umat yang baru yang bisa menginjili, yang akan membawa Injil ke tempat-tempat di mana itu sebaliknya tidak akan pernah dipikirkan mungkin. Gereja juga dapat didefinisikan sebagai "ibu" bagi mereka yang suatu hari akan memiliki iman kepada Kristus. Saya berharap, oleh karena itu, agar umat Allah yang kudus akan terus melaksanakan pelayanan keibuan kerahiman ini, yang membantu orang-orang yang belum mengenal Tuhan untuk berjumpa dan mengasihi-Nya. Iman adalah karunia Allah dan bukan hasil penyebaran agama; melainkan ia tumbuh berkat iman dan amal para penginjil yang bersaksi bagi Kristus. Ketika mereka melakukan perjalanan melalui jalan-jalan dunia, para murid Yesus harus memiliki kasih tanpa batas, ukuran kasih yang sama yang dimiliki Tuhan kita kepada semua orang. Kita memberitakan karunia-karunia yang paling indah dan paling agung bahwa Ia telah memberi kita : hidup-Nya dan kasih-Nya. Semua bangsa dan budaya memiliki hak untuk menerima pesan keselamatan yang adalah karunia Allah bagi setiap orang. Ini semua lebih diperlukan ketika kita mempertimbangkan berapa banyak ketidakadilan, perang, dan krisis kemanusiaan masih memerlukan ketetapan hati. Para misionaris tahu dari pengalaman bahwa Injil pengampunan dan kerahiman dapat membawa sukacita dan pendamaian, keadilan dan perdamaian. Mandat Injil "karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat 28:19 -20) belum berhenti; sebaliknya perintah ini memperlakukan kita semua, dalam bentangan saat ini dengan semua tantangannya, untuk mendengarkan panggilan kepada "dorongan” ; misioner yang diperbarui, seperti yang saya sebutkan dalam Anjuran Apostolik saya Evangelii Gaudium : “Setiap orang Kristen dan setiap komunitas harus bisa mempertimbangkan jalan yang ditunjukkan Tuhan, akan tetapi kita semua diminta taat kepada panggilan-Nya untuk pergi keluar dari wilayah kenyamanan kita sendiri supaya mencapai semua 'batas paling tepi', batas-batas terjauh yang mendambakan cahaya Injil” (20).

Tahun Yubileum ini menandai ulang tahun ke-90 Hari Minggu Misi Sedunia, yang pertama kali disetujui oleh Paus Pius XI pada tahun 1926 dan diselenggarakan oleh Serikat Kepausan untuk Penyebaran Iman. Maka layaklah mengingat petunjuk-petunjuk bijak dari para pendahulu saya yang memerintahkan itu kepada Serikat ini dipintakan kepada semua orang persembahan yang dikumpulkan di setiap keuskupan, paroki, komunitas keagamaan, lembaga dan gerakan gerejawi di seluruh dunia untuk kepedulian komunitas-komunitas Kristen yang membutuhkan dan untuk mendukung pemberitaan Injil bahkan sampai ke ujung bumi. Hari ini juga kita percaya pada tanda-tanda persekutuan gerejawi misioner ini. Janganlah kita menutup hati kita dalam kekhawatiran tertentu kita, tetapi marilah kita membukanya untuk seluruh umat manusia.

Semoga Maria yang kudus, ikon luhur kemanusiaan yang ditebus, model para misionaris bagi Gereja, mengajarkan semua laki-laki, perempuan dan keluarga, untuk mendorong dan menjaga kehadiran yang misterius dan hidup dari Tuhan yang bangkit di setiap tempat, Ia yang memperbaharui hubungan pribadi, budaya dan bangsa, dan yang memenuhi semua orang dengan kerahiman yang penuh sukacita.

Dari Vatikan, 15 Mei 2016, Hari Raya Pentakosta


FRANSISKUS

(alih bahasa oleh Peter Suriadi)

Katekesekatolik.blogspot.co.id 

w2.vatican.va

Thursday, September 29, 2016

KEGIATAN BKSN 2016 DI PAROKI SAMALANTAN

loading...
Kamis, 22 September 2016, 38 OMK (Orang Muda Katolik) dari Paroki Sambas mengikuti kegiatan BKSN (Bulan Kitab Suci Nasional) 2016 sedekanat Sing-Be-Bas (Singkawang, Bengkayang dan Sambas) di Paroki Samalantan yang berlangsung sampai dengan Minggu, 25 September 2016. 


Prosesi dan Pembukaan BKSN 2016

Kegiatan BKSN 2016 yang didukung oleh Pemda Bengkayang ini diikuti oleh 356 OMK dari tujuh paroki, sedekenat Sing-Be-Bas, yakni: Paroki St. Fransiskus, Singkawang; Paroki St. Maria, Nyarumkop; Paroki St. Yosep, Samalantan; Paroki St. Pius X, Bengkayang; Paroki St. Petrus, Sanggau Ledo; Paroki Kristus Raja, Sambas dan Paroki St. Yosep, Pemangkat. 


Hadir pada upacara pembukaan kegiatan BKSN di Samalantan adalah unsur-unsur dari Gereja, seperti Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, para Pastor dekanat Sing-Be-Bas, Diakon, Bruder dan Suster. Sementara dari unsur Pemerintahan Kabupaten Bengkayang hadir Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot, M.Pd dan para pejabat Pemda Bengkayang yang lain; Wakil Ketua DPRD Bengkayang, Fransiskus, M.Pd; Camat Samalantan, Petrus Alus dan Dandim 1202/Skw dan Kapolres Kabupaten Bengkayang, serta tokoh umat dan masyarakat. 


Acara pembukaan BKSN 2016 sendiri dimulai dengan pelepasan sepasang burung merpati di depan Kantor Camat Samalantan. Selanjutnya menyusul acara defile Kitab Suci dari para pejabat Gereja dan Pemerintahan Kabupaten Bengkayang, yang dimulai dari Kantor Camat Samalantan, Pasar Samalantan, Polsek Samalantan dan Gedung Gereja Paroki Samalantan. Ketika tiba di depan gerbang gereja Paroki Samalantan, Uskup Agung Pontianak dan Bapak Bupati Bengkayang disambut dengan kalungan bunga oleh Panitia dan kemudian dilanjutkan dengan pemotongan bambu oleh Uskup Agung Pontianak dan tarian penyambutan. Acara BKSN secara seremonial akhirnya dibuka secara resmi oleh Bupati Bengkayang dengan membunyikan gong di Gereja selama 7 kali.


Tujuan BKSN dan Proses yang Panjang

Yakobus Ikel sebagai Ketua Panitia BKSN 2016 di Samalantan mengatakan, ada empat tujuan diselenggarakannya BKSN 2016. Pertama, untuk mendekatkan dan mengakrabkan kaum muda dengan sabda Allah sebagai sumber kehidupan iman mereka. Kedua, mendorong kaum muda agar dapat melaksanakan sabda Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, mengajak kaum muda agar mereka dapat melibatkan diri dalam kehidupan menggereja. Keempat, agar kaum muda dapat meningkatkan pengalaman persaudaraan di antara mereka.


Sementara RP. Chrispinus OFMCap sebagai Ketua Dekanat Sing-Be-Bas menuturkan, bahwa sejarah adanya kegiatan BKSN tingkat dekanat yang didanai oleh Pemda Kabupaten Bengkayang, sebenarnya telah melalui proses yang panjang. Kegiatan ini dalam pertemuan dekanat sendiri sudah sering dibicarakan di antara para pastor dan juga sudah pernah dilaksanakan di Samalantan, Bengkayang dan Sanggau Ledo. Hanya yang patut dicatat, kegiatan BKSN di Samalantan yang sekarang ini kurang lebih sudah menjadi baku. Dengan kegiatan BKSN ini diharapkan,  agar iman OMK dapat ditingkatkan, mereka sanggup hidup berdasarkan iman dan menerjemahkan iman ini dalam perbuatan-perbuatan yang diinspirasikan oleh Sabda Tuhan.


Kitab Suci sebagai Dasar dan Pedoman Hidup

Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus dalam kata sambutannya menegaskan, di samping untuk meningkatkan keimanan dan persaudaraan satu dengan yang lain, tujuan BKSN adalah agar OMK semakin tahu dan mengenal Kitab Suci dengan baik dan pada akhirnya Kitab Suci itu sungguh dapat menjadi dasar dan pedoman hidup sehari-hari. Kepada Pemda Bengkayang, Mgr. Agus juga mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kepedulian pemerintah atas kegiatan BKSN ini dan berharap agar kegiatan BKSN ini dapat ditingkatkan levelnya, bukan hanya menjadi agenda Kabupaten Bengkayang, tetapi dapat menjadi agenda Propinsi.


Sementara itu, Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot, M.Pd dalam pernyataannya menegaskan, adalah suatu kehormatan bahwa Pemda Bengkayang dapat memfasilitasi kegiatan BKSN 2016 ini. Ia mengajak seluruh OMK dan umat sekalian, agar dari hari ke hari, mereka dapat semakin mencintai dan menghormati Kitab Suci sebagai panutan arah bagi umat sekalian hari ini dan seterusnya. Ia mendukung sepenuhnya kegiatan BKSN 2016 ini, karena tantangan yang dihadapi oleh masyarakat semakin berat seperti adanya narkoba, yang merusak masa depan bangsa. Ia mengajak agar OMK berani mengatakan tidak kepada narkoba dan mau membangun masyarakat dan bangsa melalui kegiatan yang positip.  


Pelbagai Kegiatan BKSN

Selama BKSN 2016 di Paroki St. Yosep, Samalantan ada banyak kegiatan yang diselenggarakan. Pertama adalah seminar yang dibawakan dalam dua sesi, yakni “Peran Kaum Muda dalam Hidup Menggereja” yang dibawakan oleh Br. Kris Tampajara MTB. Ia mendorong, agar OMK dapat lebih mewujudkan lima tiang Gereja di Paroki masing-masing (leiturgia, diakonia, koinonia, martiria, dan kerygma), khususnya dengan ikut memotivasi umat di kampung-kampung dalam kesempatan turne, misalnya. Ia juga berharap, agar ke depan tema BKSN dapat lebih dipersempit lagi dengan tema-tema yang lebih sesuai dengan situasi lokal. Pada sesi kedua, seminar berbicara tentang “Pemuda dalam Tantangan Global: Pergaulan Bebas dan Obat-obatan Terlarang” yang dibawakan oleh Gamaliel dari BNN Bengkayang. 


Kegiatan yang kedua adalah lomba lektor dan khotbah, lomba mazmur, paduan suara, lomba cepat tepat kitab suci, melukis, expo kitab suci dan EKM (ekaristi kaum muda) yang dipimpin oleh RD. Alexander Mardalis. Di samping kegiatan di dalam ruangan, panitia BKSN 2016 juga mengadakan di luar ruangan, yakni outbond yang berguna untuk saling mengenal satu sama lain di luar OMK paroki sendiri, mengenal lingkungan, melatih kekompakan, mental dan stamina.


Seluruh acara BKSN 2016 dapat berjalan dengan baik dan lancar, secara khusus acara di panggung, karena dipandu dua presenter yang energik, humoris dan sekaligus punya kemampuan menyanyi yang baik, yakni duet Sinka dan Hengki Tagasta.

Dalam perlombaan BKSN 2016 ini OMK Paroki Sambas sendiri menjadi juara I cepat tepat kitab suci (Yohanes Kenedy, Fendy dan Cindy), Juara I lomba lektor dan kotbah putra (Perdinandus Melky), Juara II lomba lektor dan kotbah putri (Velia) dan Juara III lomba mazmur (Fredikus). Pemenang untuk outbond sebagai kelompok terkompak adalah St. Maria, kelompok paling heboh: St. Fransiskus dan kelompok terbaik: St. Agustinus. Sebagai juara umum dari kegiatan lomba dalam rangka kegiatan BKSN 2016 di Samalantan adalah Paroki St. Pius X, Bengkayang.


Penutupan BKSN 2016

Wakil Bupati Bengkayang Bapak Agustinus Naon, S. Sos dalam penutupan BKSN 2016, Minggu, 25 September 2016 mengatakan, ia senang dan menyambut baik adanya BKSN 2016 ini. Ia berharap, agar kegiatan ini dapat mempererat dan mengutuhkan kerukunan antara pemeluk agama dan pemerintah, antara pemeluk agama satu dengan yang lain dan juga di antara pemeluk agama masing-masing. Ia juga menghimbau, agar setiap umat yang sudah dewasa masing-masing memiliki satu Kitab Suci, menghormatinya dengan sepantasnya, yakni dengan membacanya setiap hari, menjadikannya sebagai sarana dialog dengan Tuhan  dalam doa dan mengamalkan nilai-nilainya kehidupan sehari-hari.


Akhirnya kegiatan BKSN 2016 di Paroki Samalantan ditutup dengan pemukulan gong sebanyak tujuh kali dan seluruh OMK peserta BKSN 2016 pulang ke paroki masing-masing dengan membawa satu komitmen, yakni berani menjadi bagian dari “Keluarga Bersaksi dan Mewartakan Sabda Allah” sesuai dengan tema BKSN 2016. (FCW).


loading...

Saturday, September 10, 2016

ZIARAH UMAT PAROKI SAMBAS

ZIARAH UMAT PAROKI SAMBAS
KE GEREJA ST. FRANSISKUS ASSISI, SINGKAWANG
DALAM RANGKA MENGISI TAHUN YUBILEUM AGUNG KERAHIMAN ALLAH



Jumat, 9 September 2016, pukul 14.00 umat Paroki Sambas yang berjumlah sekitar seratusan lebih dengan dua bus besar dan kecil, beberapa mobil dan sepeda motor berangkat ziarah ke porta sancta (pintu suci) di gereja St. Fransiskus Assisi, Singkawang. 

Ziarah ini dilakukan untuk mengisi Tahun Yubileum Agung Kerahiman Allah tahun 2016 yang dicanangkan Paus Fransiskus dan sekaligus juga untuk memperoleh indulgensi, yakni “penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni”. Untuk dapat menerima indulgensi syaratnya ialah umat sendiri dalam hati memang menginginkannya, menerima sakramen tobat, mengikuti perayaan ekaristi dan mendoakan intensi/ujud permohonan Bapa Suci dan ziarah. Gereja Singkawang dipilih sebagai tempat ziarah, karena gereja ini adalah salah satu gereja yang ditunjuk secara resmi oleh Keuskupan Agung Pontianak (di samping gereja Katedral) untuk dikunjungi pada Tahun Yubileum ini.


Rombongan umat Sambas yang dikordinir Ibu Imelda dan Ibu Sofia ini sampai di gereja St. Fransiskus Assisi, Singkawang sekitar pukul 16.00. Sesudah sampai, umat beristirahat sejenak melepas lelah dengan berjalan-jalan di sekitar gereja, berdoa di taman Maria di samping gereja dan melihat barang-barang devosinalia.

Ketika tepat pukul 17.00 acara doa dalam rangka ziarah pun dimulai.  P. Gatot Purtomo OFMCap, Pastor Paroki Singkawang membuka ziarah dengan ibadat adorasi bersama. Selama adorasi berlangsung empat orang Pastor yakni P. Gabriel Marcel OFMCap, P. Felix Triono OFMCap, P. Agus Subagyo OFMCap dan P. F. Cahyo Widiyanto OFMCap membantu umat untuk menerima Sakareman Tobat secara pribadi.  Setelah semua umat menerima Sakramen Tobat, maka acara selanjutnya adalah perayaan ekaristi yang dipimpin oleh P. Gatot Purtomo OFMCap.


Dalam homilinya P. Gatot  menekankan pentingnya umat mewujudkan semangat Tahun Yubileum, yakni “Misericordes sicut pater” (Berbelas kasih seperti Bapa), yang diwujudkan dalam semangat Injil Lukas yang dibacakan hari itu, yakni “Janganlah mudah menghakimi” sebab kita sering melihat selumbar di dalam mata saudara kita, sementara balok di dalam mata kita sendiri tidak kita ketahui (bdk. Luk. 6:41).

Pada kesempatan ekaristi, P. Gatot juga mendoakan intensi Bapa Suci Fransiskus untuk bulan September 2016. Untuk kepentingan umum: “Semoga setiap orang dapat memberikan kontribusi untuk kebaikan bersama dan pembangunan masyarakat, yang menempatkan pribadi manusia sebagai pusat”. Untuk karya evangelisasi (penginjilan): “Semoga dengan berpartisipasi dalam sakramen-sakramen dan merenungkan Firman Tuhan, setiap orang Kristen dapat menjadi lebih sadar akan misi mereka untuk turut serta dalam pewartaan Injil.


Pada akhir ekaristi P. Cahyo mewakili umat Sambas mengucapkan banyak terima kasih kepada P. Gatot sebagai Pastor Paroki Singkawang, sebab telah berkenan menerima ziarah umat Paroki Sambas dan memimpin acara ziarah. P. Gatot sebaliknya dalam kata sambutannya memuji umat Paroki Sambas sebab telah menanggapi seruan Bapa Suci Fransiskus untuk berziarah ke pintu suci dan juga telah mengikuti secara lengkap acara ziarah, yakni adorasi, menerima sakramen tobat dan ekaristi.

Ketika beberapa umat Sambas ditanya tentang pengalaman rohani mereka mengikuti ziarah di Tahun Yubileum ini mereka secara umum mengatakan indah dan bagus sekali. Bapak Fransiskus Susanto Cu Nyun Ciang dari lingkungan St. Yosep, misalnya berkomentar, setelah mengikuti ziarah ini saya merasakan “ada ketenangan, hati terbuka, kedamaian jauh daripada dahulu.” Fransiska mengatakan,”hati rasanya plong, terbuka, dan lebih tenang.” Dan Bapak Petrus Bong Su Hun dari lingkungan St. Maria mengungkapkan, “rasanya bagus sekali mengikuti ziarah ini, hatinya ringan, tidak berat lagi, rasanya bebas.” Setelah mengikuti ziarah dan memasuki pintu suci, mereka berharap hidup mereka sebagai orang Katolik dan pribadi dapat lebih baik lagi dan semakin dapat berbelaskasihan terhadap sesama yang membutuhkan.


Di samping ziarah ke pintu suci bulla Misericordiae Vultus (Wajah Kerahiman) No.15 juga menyatakan, bahwa Tahun Yubileum Agung Kerahiman Allah juga dapat diisi dengan “Membaca Kitab Suci, Mendalami Katekismus, Adorasi dan melakukan Karya Jasmani dan Rohani Kerahiman”. Yang termasuk dalam karya jasmani adalah “memberi makan orang yang lapar, memberi minum kepada orang yang haus,  memberi pakaian orang yang telanjang, menyambut orang asing, menyembuhkan orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjara dan menguburkan orang mati.” Sementara untuk karya rohani kerahiman dapat diwujudkan dengan “menasihati orang yang bimbang, mengajari orang bebal, menegur orang-orang berdosa, menghibur orang yang menderita, mengampuni kesalahan, menanggung dengan sabar mereka yang berbuat jahat kepada kita dan mendoakan orang yang hidup dan yang mati.” (FCW).

Thursday, September 8, 2016

PEMILIHAN KETUA OMK YANG BARU


18 Juli 2016 diadakan kegiatan pemilihan ketua OMK Paroki Kristus Raja Sambas Periode 2016-2019. Kegiatan ini bertujuan untuk mengganti masa jabatan dari ketua OMK yang lama. Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh OMK sendiri, tetapi juga dihadiri oleh Pastor Paroki, Pastor Moderator OMK, Suster, Pengurus Dewan Paroki, WKRI Cabang Sambas, Ketua umat keempat lingkungan dan Pembina OMK. Anggota OMK yang hadir pada waktu itu 67 orang.

Seperti biasanya, kegiatan dimulai dengan doa pembukaan dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Mudika. Dengan menyanyikan kedua lagu ini mau digemakan rasa cinta tanah air dan semangat muda dari para hadirin yang datang. Dalam sambutannya ketua panitia mengatakan, “Dengan mengundang pastor, suster, pengurus dewan paroki, WKRI, dan ketua keempat lingkungan, diharapkan agar OMK Kristus Raja Sambas bisa lebih dilibatkan dalam setiap kegiatan Gereja.” Dalam kata sambutan lainnya, OMK Kristus Raja Sambas juga diharapkan dapat lebih bersemangat dan meningkatkan kembali aktivitas OMK daripada tahun-tahun sebelumnya. 


Akhirnya sampai jugalah ke acara inti, yakni kampanye dari calon ketua OMK yang baru, sampai pemungutan suara dan penghitungan suara. Pada tahun ini terdapat 3 calon yang baru, yakni Antonius, Velia, dan Alexander Lionsius Ivan. Mereka satu persatu memberikan kampanye singkat tentang visi-misi dan juga program kerja yang telah mereka rancang. Sesudahnya langsung dilanjutkan dengan pemungutan suara yang berlangsuang dengan tertib dan terjaga. Pemungutan suara diambil dari OMK yang hadir pada kegiatan ini, yakni sebanyak 67 OMK. Setelah pemungutan suara, diadakan penghitungan suara. Masing-masing calon mendapatkan jumlah suara yang berbeda. Namun, Antoniuslah yang akhirnya mendapatkan suara terbanyak, sehingga ia terpilih menjadi Ketua OMK Periode 2016-2019.

Setelah acara inti selesai, dilanjutkan dengan serah terima jabatan ketua OMK lama kepada ketua OMK Paroki Sambas yang baru. “Saya berharap OMK Kristus Raja Sambas bisa lebih maju dan lebih bersemangat lagi dalam hidup maupun pelayanan yang dilakukan.” Ujar Pebrianto Amin, selaku ketua OMK Paroki Kristus Raja Sambas yang lama dalam kesan dan pesannya. Dalam kata sambutannya sebagai ketua OMK yang baru, Antonius berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan para anggota OMK Paroki Kristus Raja Sambas kepadanya. Dia berharap OMK Paroki Kristus Raja Sambas dapat lebih maju dan berkembang dengan kerjasama yang baik ke depannya. 


Acara terakhir yakni pesan dan kesan yang diberikan Pastor Paroki Kristus Raja Sambas, P. Firminus Andjioe OFMCap. “Luar biasa hebatnya!” demikian kata pastor paroki mendeskripsikan kegiatan yang telah dilaksanakan. Pastor berharap agar OMK dapat lebih maju dan bergerak. (Velvlriavv).

Thursday, July 28, 2016

PEZIARAHAN SALIB INDONESIAN YOUTH DAY (IYD)

di Paroki Kristus Raja Sambas


OMK Paroki Kristus Raja Sambas diberi kepercayaan untuk menjadi tempat peziarahan salib Indonesian Youth Day Keuskupan Agung Pontianak. Sebelumnya, salib ini berada di Paroki St. Fransiskus Asisi Singkawang. Salib ini pada Kamis, 28 Juli 2016 diserahkan OMK Singkawang kepada OMK Paroki Kristus Raja Sambas. Penyerahan Salib IYD ini disertai dengan adanya Ekaristi Kaum Muda (EKM).

Selain OMK St. Fransiskus Asisi yang datang, ada juga OMK dari Paroki St. Yosep Pemangkat dan Paroki St. Maria Nyarumkop yang turut serta mengarak Salib IYD ini ke Paroki Kristus Raja Sambas. Setelah EKM dan sambutan dari beberapa pihak, diadakan juga ramah tamah dan makan malam bersama untuk mempererat tali persaudaraan di antara OMK yang hadir. Di dalam ramah tamah ini, tiap paroki menampilkan sebuah penampilan mulai dari perkenalan sampai dengan bernyanyi bersama.


Minggu, 31 Juli 2016, merupakan hari terakhir peziarahan Salib IYD ini di Gereja Paroki Kristus Raja Sambas. Pada jam 10.30 pagi, OMK Paroki Kristus Raja Sambas mengantar Salib tersebut ke Paroki St. Yosep Pemangkat sebagai tempat peziarahan selanjutnya dari Salib IYD Keuskupan Agung Pontianak ini. Jumlah anggota OMK Paroki Kristus Raja Sambas yang ikut mengarak Salib ini sejumlah kurang lebih 60 orang. 


Sesampai di Pemangkat, OMK Paroki Kristus Raja Sambas disambut dengan hangat dan gembira. Acara penyerahan salib ini dibuka dengan tarian Dayak yang ditarikan oleh OMK Paroki St. Yosep Pemangkat. Setelah acara penyerahan, ada ibadat dan doa IYD 2016 (Menjadi Injil yang Hidup) yang diikuti oleh OMK yang hadir pada saat itu. Kemudian ada acara ramah tamah dan makan siang bersama. OMK Kristus Raja Sambas menampilkan tarian Dayak pada saat acara ramah tamah tersebut. Setelah rentetan acara selesai OMK Paroki Kristus Raja Sambas yang didampingi oleh Pastor Firminus OFM Cap, selaku pastor paroki pun pamit untuk pulang. (velvlriavv).

Monday, July 18, 2016

REKOLEKSI DAN REKREASI PUTRA-PUTRI ALTAR PAROKI SAMBAS

Sabtu-Minggu, 16 – 17 Juli 2016, Putra-Putri Altar (PPA) Paroki Kristus Raja, Sambas yang berjumlah 16 orang mengadakan rekoleksi dan rekreasi di Pasir Panjang, Singkawang.


Pastor Cahyo dalam presentasinya menyatakan, setiap anggota Putra-Putri Altar atau yang sering juga disebut juga Misdinar (Messdiener [Jerman], altar servers [Inggris], Ajuda [NTT]) perlu menyadari jati dirinya sebagai “anak-anak atau remaja yang melayani altar (ekaristi) pada khususnya dan upacara liturgi lain pada umumnya. Dengan menyadari jati dirinya atau identitasnya ini diharapkan para PPA dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertangung jawab. Karena itulah PPA dalam tugasnya perlu memiliki keutamaan-keutamaan sebagai berikut. Pertama, PPA hendaknya hidupnya sesuai dengan Sabda Tuhan dan Sakramen Ekaristi dan sakramen lainnya yang dirayakan, misalnya dengan rajin membaca Kitab Suci, bersemangat dalam berdoa, baik secara pribadi maupun bersama, terlebih dalam mengikuti Misa kudus. Kedua, rajin berdevosi, misalnya dengan berdoa rosario, novena, atau kunjungan kepada Sakramen Mahakudus. Ketiga, berdisplin dalam melaksanakan tugasnya. Dalam diskusi kelompok, anggota PPA juga menambahkan adanya keutamaan-keutamaan lain yang perlu dimiliki, misalnya adanya kerendahan hati dan pengorbanan dan adanya niat untuk melayani Tuhan dan juga Gereja-Nya dengan tulus ikhlas. Selanjutnya Pastor Cahyo menambahkan, Gereja memerlukan adanya Putra-Putri Altar, karena PPA sebagai salah satu petugas dalam liturgi gereja memang seharusnya berpartisipasi secara penuh, sadar dan aktif di dalam kegiatan Gereja. Jadi liturgi bukan hanya tugas seorang Pastor saja.


Dalam kesempatan Ibadat Pagi Pastor Cahyo memperkenalkan salah satu khasanah metode doa yang ada di dalam Gereja, yakni lectio divina. Lectio divina sesuai namanya berarti “bacaan ilahi”. Bacaan ilahi yang dimaksud adalah Kitab Suci, sebab umat Kristen meyakini Kitab Suci sebagai buku yang diilhami Allah sendiri, sehingga unsur ilahi terkandung di dalamnya. Metode ini yang ditemukan dan dikembangkan oleh para rahib Benediktin pada abad II-X ini menggunakan Kitab Suci bukan pertama-tama agar umat tahu banyak tentang Kitab Suci, bermoral tinggi, ataupun agar menjadi suci. Tetapi Kitab Suci dibaca pertama-tama sebagai sarana persiapan untuk bersatu dengan Allah dalam doa. Tujuannya adalah relasi dengan Yang Ilahi. Maka Kitab Suci dipandang sebagai salah satu “alat” istimewa yang dapat mengantarkan mereka kepada relasi itu. Dalam lectio divina ada empat langkah yang biasanya dilakukan, yakni lectio, meditatio, oratio dan contemplatio. Setelah bersama-sama mempraktekkan lectio divina, Pastor Cahyo berharap, agar anak-anak PPA bisa mempraktekan lectio divina baik secara pribadi, maupun bersama sehingga kehidupan doa mereka bisa berkembang sesuai dengan Kitab Suci. 


Sementara itu Sr. Wilfrida KFS dalam presentasinya menjelaskan kepada anak-anak PPA tentang alat-alat liturgi dan warna-warna pakaian dalam liturgi dengan disertai dengan gambar-gambar agar mudah dipahami. Sebelum dan sesudah presentasi, anak-anak juga diajak bersama-sama menyanyikan “Mars Putra-Putri Altar” sehingga mereka dapat bersemangat dalam tugas pelayanan mereka.


Dalam acara rekoleksi dan rekreasi ini anak-anak PPA sendiri juga tidak mau pasif. Karena itulah anak-anak PPA yang dikomandoi Bobby, Amanda, Felix dan Dwiki mempersiapkan beberapa game, yakni pindah papan, tugu monas, harimau-harimin, oper bola dan lempar bola, sehingga PPA dapat bergembira bersama, sambil menarik makna dari permaian yang diperoleh. Dalam acara game terlihat anak-anak PPA antusias mengikuti permainan yang disediakan. Mereka bernyanyi dengan lagu dan gerak dan juga menerima hadiah dan hukuman, bagi yang menang dan kalah. Malam harinya dibuat api unggun di mana dalam kebersamaan mereka juga menuliskan doa dan permohonan kepada Tuhan, agar kiranya Tuhan berkenan mengabulkan cita-cita dan harapan mereka di masa yang akan datang.


Pada misa penutupan rekoleksi dan rekreasi, Pastor Cahyo mengatakan, pantaslah sebagai PPA mereka bersyukur kepada Tuhan atas kegiatan rekoleksi dan rekreasi yang telah berlangsung, karena kesemuanya itu telah membuat mereka dekat satu sama lain, akrab dan memberi semangat dalam tugas mereka sebagai PPA. Pastor Cahyo juga mengajak, agar PPA dapat meneladan keutamaan yang dimiliki Maria dari Betania yang ketika Yesus bersama para murid-Nya mengunjungi dia dan Marta,  ia duduk dekat kaki Yesus dan mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan-Nya (Luk 10:38-42).  Dalam kehidupan sehari-hari sikap mau mendengarkan Yesus ini dapat diwujudkan PPA dengan menyediakan waktu hening untuk mendengarkan Yesus yang berbicara melalui suara hati, Alkitab, peristiwa harian maupun melalui alam. Suara Yesus ini kemudian hendaknya dijawab dengan doa dan selanjutnya dicari pelaksanaannya di dalam kehidupan sehari-hari, sebab iman tanpa perbuatan hakikatnya sudah mati (Yak.2:26).


Setelah acara rekoleksi dan rekreasi selesai, Fransiska Vira Setyadewi, siswa kelas 12 SMA 1 Sambas menyatakan, acara PPA Paroki Sambas menyenangkan, permainannya juga seru. Banyak materi yang ia alami sebagai sesuatu yang baru. Nikolaus Hendra, siswa kelas 11 SMK Negeri 1 Sambas menambahkan, ia merasa senang dan menilai bagus acara rekoleksi dan rekreasi yang sudah diikuti, karena suka duka ditanggung bersama. Demikian juga Felix Albert, siswa kelas IX, SMP Negri 2 Sambas berpendapat, ia senang dengan acara rekoleksi dan rekreasinya, gamenya seru, teman-temannya ramah dan suka bercanda. Akhirnya baik Vira, Nikolaus maupun Felix berharap agar PPA Paroki Sambas ke depannya semakin maju, rajin ke gereja dan menjadi misdinar. Juga banyak teman lain yang mau bergabung dan ikut pertemuan PPA. Dan bukan hanya itu, ke depan diharapkan mereka dapat lebih baik dalam belajar dan meraih masa depan dalam kerja dan karier. Proficiat bagi anak-anak PPA Sambas. (FCW).

Tuesday, July 5, 2016

TEMU AKBAR OMK DI STASI SUNGAI ENAU

Temu OMK Separoki Kristus Raja Sambas, merupakan salah satu kegiatan rutin yang selalu diadakan tiap tahunnya. Pada tahun 2016 ini, kegiatan ini dilaksanakan di Stasi Sungai Enau, yang bertempat di Dusun Sungai Enau, Desa Meliau, Kec. Sajingan Besar, Kabupaten Sambas. Kegiatan ini dimulai dari 30 Juni sampai 3 Juli 2016. Temu OMK kali ini mengambil tema, “Mengungkapkan Iman dalam Kehidupan Sehari-Hari yang Benar, Bermutu dan Membangun Kesejahteraan Hidup Bersama”. 


Kegiatan Temu OMK Separoki Sambas ini diikuti banyak stasi. Dari 20 kontingen yang diundang, 16 kontingen terdaftar mengikuti kegiatan pertemuan OMK ini dan jumlah peserta yang hadir 497 orang. Terlihat hadir juga P. Firminus Andjioe OFM Cap. yang merupakan pastor paroki Kristus Raja Sambas, P. Desiderius OFM Cap, seorang pastor muda Kapusin yang ikut membimbing dalam kegiatan ini, Sr. Dominika KFS dan juga para Pemimpin Umat dan Prodiakon.
   
Upacara Adat dan Misa Pembukaan

Pertemuan OMK ini dibuka dengan beberapa kata sambutan, yakni dari Ketua Panitia, Kepala Desa Meliau, Pastor Paroki Kristus Raja Sambas dan sambutan dari perwakilan camat Sajingan Besar. Kemudian dilanjutkan dengan misa pembukaan dan upacara adat. Upacara adat ini bertujuan untuk menangkal dan memagar agar tidak terjadi keributan dan hal-hal yang tidak baik dan untuk meredakan emosi manusia yang berniat yang akan mengacaukan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam 4 hari ini. 


Dalam misa pembukaan P. Firminus OFM Cap memberikan homili yang memotivasi seluruh OMK yang mengikuti kegiatan tersebut. “Berdamailah engkau dengan dirimu. Lupakanlah masa lalumu. Engkau juga tidak bisa mengubahnya. Lupakanlah dan melangkahlah ke depan”, katanya dalam homilinya tersebut. Tidak lupa juga pastor berharap semua OMK dapat menjadi “Terang dan Garam Dunia” serta menjadi OMK yang pantang untuk menyerah.

Seminar, Perlombaan dan Api Unggun

Dalam pertemuan OMK di Sungai Enau, panitia telah menyiapkan berbagai kegiatan dan lomba. Inilah kegiatan mereka. 

Seminar. Seminar dibagi menjadi dua sesi di hari yang berbeda, yakni satu sesi pada hari ke-2 dan satu sesi pada hari ke-3. Yang menyampaikan 2 sesi seminar pada waktu itu adalah P. Desiderius OFM Cap. Salah satu materi yang diberikan oleh beliau adalah bagaimana OMK dapat menjadi seorang manusia baru. “Ada tiga hal yang dapat kalian lakukan untuk menjadikan diri kalian sebagai manusia baru, yakni: adanya kemauan untuk belajar; adanya keinginan untuk mencapai yang terbaik; dan adanya keterbukaan pikiran.” sebut pastor dalam seminarnya. 


Lomba tarian daerah. Pada malam hari pertama sudah diadakan lomba, yakni lomba tarian daerah. Dalam lomba tarian ini, lebih didominasi dengan tarian Dayak, dengan kombinasi lagu dan gerakan yang bervariasi. 


Pertandingan voli. Pertandingan voli terdiri dari dua kategori, yakni voli putra dan voli putri. Pertandingan voli ini merupakan salah satu pertandingan olah raga yang diadakan dalam kegiatan ini. Semua pemain bermain dengan sportif dan semangat. 


Lomba estafet. Selain pertandingan voli, terdapat juga lomba lari estafet. Lomba estafet ini tidak seperti lomba estafet biasanya. Lomba ini diikuti oleh  8 orang perwakilan OMK dari setiap stasinya. Perlombaan ini merupakan perlombaan yang membutuhkan sebuah kekompakan yang besar, karena tiap orang bukan mengantarkan tongkat estafet tersebut dengan perorangan, melainkan dengan kaki yang diikat tiap 4 orangnya. 


Lomba vokal grup. Lagu yang dinyanyikan dalam lomba vokal grup ini terdapat dua macam, yakni lagu wajib dan lagu pilihan. Lagu wajib yang harus dinyanyikan peserta lomba vokal grup ini adalah lagu Mars OMK, sedangkan lagu pilihan yang boleh dinyanyikan adalah lagu rohani bebas. Jadi setiap peserta lomba vokal grup menyanyikan dua lagu saat tampil, satu lagu wajib dan satu lagu pilihan.


Lomba solo. Lomba solo juga diadakan dalam kegiatan ini. Setiap kontingen yang mengikuti kegiatan ini wajib untuk mengirimkan satu orang perwakilannya untuk mengikuti lomba solo ini. Seluruh peserta menampilkan suara emas mereka dengan musik yang mengalun mengiringi suara mereka. 


Api unggun. Lain dari kegiatan Temu OMK tahun lalu, pada kegiatan Temu OMK Separoki Kristus Raja Sambas ini terdapat acara api unggun. Acara ini diadakan pada malam terakhir. Seluruh peserta mengelilingi api unggun yang telah dihidupkan. Setelah api unggun tersebut telah menyala, P. Desiderius OFM Cap memberikan sebuah renungan malam  di tengah kehangatan pada malam itu. Setelah acara renungan itu selesai. Setiap ketua kontingen yang mengikuti kegiatan, mengucapkan komitmen yang akan dilakukan sepulang dari kegiatan ini. Tidak lupa juga terdapat acara minta maaf dari setiap stasi yang merasa bersalah selama mengikuti kegiatan tersebut. Setelah rangkaian acara api unggun tersebut selesai, seluruh peserta kembali bernyanyi dan menari mengelilingi api unggun tersebut.

Ekaristi Kaum Muda (EKM)

Sebagai penutupan kegiatan ini, diadakan Ekaristi Kaum Muda. Ada dua pastor dan sebelas prodiakon yang datang untuk memimpin misa ini. Selain itu juga ada dua belas pemusik yang mengiringi lagu di dalam misa ini. Yakni 6 gitaris, sedangkan yang lainnya memainkan gitar bass, orgen, cajon, sape, rebana dan bedug. Yang memberi homili pada misa penutup ini adalah P. Firminus OFM Cap. Beliau memberikan pesan yang berguna untuk para OMK. Yakni untuk menikah secara gereja, tidak menjual tanah dan untuk memenuhi gereja. Tidak lupa juga pastor memberikan semangat untuk berdoa dan memberi. “Emas dan perak tiada padaku, tetapi ada yang padaku ku berikan kepadamu,” katanya mengutip kitab suci. Pastor juga berharap bahwa seluruh OMK dapat terus berdoa dan bekerja. 

Sebelum misa ditutup, terdapat serangkaian sambutan dari beberapa orang. Salah satunya adalah Ketua Umat Stasi Sungai Enau, yang merupakan tuan rumah Temu OMK Separoki Kristus Raja Sambas yang berterima kasih dan meminta maaf atas segala kekurangan dari kegiatan ini. 

Setelah seluruh rangkaian acara selesai, seluruh peserta pulang dengan membawa komitmen yang mereka pegang dan prestasi yang mereka raih dalam tiap perlombaan  serta tidak lupa juga untuk menunggu Temu OMK Separoki Kristus Raja Sambas yang akan dilaksanakan tahun depan. Tahun depan kegiatan ini akan diadakan di Stasi Sawah. Tetap semangat dan pantang menyerah. Sampai Jumpa Di Stasi Sawah Tahun Depan !!! (Velvlriavv)