GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA

Propeller Ads

Propeller Ads

Sunday, February 26, 2017

“BE A BROTHER FOR ALL, OMK: SIAP MELAYANI”

Jumat, 17 Februari 2017, 21 OMK (Orang Muda Katolik) Paroki Kristus Raja, Sambas dengan 1 pendamping OMK, F. Deni Surianto dan pastor moderator OMK,  F. Cahyo Widiyanto OFMCap, dengan menggunakan 11 sepeda motor pagi-pagi berangkat ke Wisma Tabor, Pusat Damai, Sanggau untuk mengikuti Capuchin’s Camp (selanjutnya disingkat CC) yang ke-3.


Ketika dalam perjalanan berhenti melepas lelah, OMK bersama menyanyikan theme song yang satu hari sebelumnya baru dibuat, “Kami OMK Sambas. Mencintai Kristus Raja dan Gereja-Nya. Mengisi Masa Muda Dengan Rajin Belajar, Berdoa dan Bekerja. Dengan Semangat St. Fransiskus  yang Tercinta.”  Dengan semangat theme song ini, akhirnya OMK Sambas tiba siang hari di Wisma Tabor, Pusat Damai dengan selamat dan siap mengikut CC yang ke-3 [CC I diselenggarakan di Rumah Retret Laverna-Sanggau (2015). CC yang ke-2 selenggarakan di Rumah Pelangi-Sungai Ambawang dan Rumah Retret Tirta Ria-Pontianak (2016)].


Apa itu Capuchin’s Camp

Capuchin’s Camp menurut P. Kristian Maryadi OFMCap sebagai Ketua Panitia CC ke-3 dalam Buku Panduan Kegiatan Capuchin’s Camp III adalah “suatu kegiatan OMK yang dianimasi oleh Saudara-saudara Kapusin Provinsi Pontianak.”


CC muncul karena kaum muda adalah sasaran yang paling rentan terkena pengaruh negatif zaman ini. Oleh karena itulah mereka perlu dibekali dengan spiritualitas kristiani yang bercorak fransiskan yang membuat mereka mampu bertahan dan tidak terbawa arus negatif modernisasi. Spiritualitas inilah yang dalam CC coba ditanamkan dan dikembangkan, baik secara personal, maupun komunal di dalam diri orang muda Katolik. Dalam pembinaan yang bersemangat Fransiskan ini, OMK – kata P. Lorenzo Helli OFMCap sebagai Ketua Imam Muda Kapusin Provinsi Pontianak – dibina dengan menitik beratkan pada “kebersamaan, persaudaraan, doa, pelayanan, keharmonisan dan kepedulian yang ditujukan pada semua makhluk.


CC ke-3 dibuka dengan pemotongan bambu (pancung buluh muda) oleh Propinsial Kapusin Pontianak, P. Amandus Ambot OFMCap yang kemudian dilanjutkan dengan perayaan ekaristi dengan selebran utama Uskup Emeritus KAP, Mgr. Hieronimus Bumbun OFMCap dan didampingi oleh P. Amandus Ambot OFMCap dan P. Lorenzo Helli OFMCap dan beberapa imam Kapusin lainnya. Pada kesempatan ekaristi pembukaan ini, juga ditampilkan lagu-lagu dari hasil kreativitas OMK CC ke-2 seperti “Mari Bersahabat dengan Alam”, “Kita Bersaudara”, “Ora et Labora”, “Seperti Fransiskus Memuji Dia” dan “Hidup Bersahaja.”  Tak lupa juga theme song pertemuan CC ke-2, yakni Caphuchin’s Camp yang senantiasa menyemangati setiap pertemuan dalam CC ke-3.


Kegiatan Selama Capuchin’s Camp ke-3

CC ke-3 kali ini diikuti oleh 310 peserta yang berasal 15 paroki yang berada di bawah penggembalaan para imam Kapusin. Kelima belas paroki itu adalah 1. Paroki St. Fransiskus Asisi-Tebet, Jakarta Selatan, 2. Paroki Raja Semesta Alam – Nanga Bulik, 3. Paroki Gembala Baik – Seng Hie, Pontianak, 4. Paroki St. Sesilia – Sungai Raya, 5. Paroki St. Theresia – Delta Kapuas, 6. Paroki Kristus Raja – Sambas, 7. Paroki St. Fransiskus Asisi – Singkawang, 8. Paroki St. Petrus – Sanggau Ledo, 9. Paroki St. Maria – Nyarumkop, 10. Paroki St. Yohanes Pemandi – Pahauman, 11. Paroki Salib Suci – Ngabang, 12. Paroki St. Maria Tak Bernoda – Pusat Damai, 13. Paroki Gembala yang Baik – Kuala Dua, 14. Paroki St. Paulus Rasul – Sekayam dan 15 Paroki St. Perawan Maria Diangkat ke Surga – Balai Sebut. Dalam CC ke-3 kali ini Paroki St. Paulus – Pangkalan Bun karena suatu halangan tidak mengirimkan OMK nya.  Kegembiraan CC ke-3 di Wisma Tabor – Pusat Damai juga bertambah, ketika ada 7 OMK dari Sarawak, Malaysia, yakni dari Paroki St. Stephen, Bau, Keuskupan Agung Kuching ikut serta menyemarakkan pertemuan akbar OMK yang diselenggarakan para saudara Kapusin ini.


Kegiatan selama CC ke-3 sendiri diisi kegiatan yang menarik dan menantang OMK, seperti malam keakraban, ice breaking, pembekalan untuk pelayanan di stasi, persiapan turne ke kampung, live in di stasi, katekese orang kudus Kapusin, menganimasi perayaan liturgi di stasi, out bond, dan akhirnya malam persaudaraan.


Acara malam persaudaraan diisi dengan pentas seni dari beberapa OMK Paroki. OMK Paroki Tebet menampilkan drama. Paroki Nanga Bulik menampilkan tari kreasi. Paroki Singkawang menampilkan musik kreasi, Paroki Gembala Baik (Seng Hie) menampikan tarian Tionghoa/mandarin dan Paroki St. Paulus Rasul, Balai Karangan menampilkan silat dan musik tradisional. Kepada paroki lain yang tidak diminta secara khusus penampilan kreativitasnya, panitia CC ke-3 juga memberi kesempatan untuk menghibur OMK dengan lagu-lagu spontanitas yang membuat malam persaudaraan semakin bersemarak. 

Motivasi, Syarat dan Ciri Pelayanan

Dalam pembekalan untuk pelayanan di stasi, P. Iosephus Erwin OFMCap menekankan pentingnya motivasi yang benar dalam pelayanan, yakni motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri. Aku mau melayani karena didorong oleh spiritualitas kristiani yang bersumber dari Yesus sendiri. Jadi bukan motivasi ketakutan karena adanya hukuman dan paksaan dari pihak lain atau motivasi insentif, karena adanya imbalan yang diperoleh. Motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri biasanya membuat orang kuat dan tahan dalam tantangan yang dihadapi dalam karya pelayanan.


Dari pengalaman sebagai gembala umat, P. Erwin berpendapat, ada empat hal yang perlu dipelajari agar OMK dapat menjadi pelayan (hamba Tuhan) yang baik. Pertama, OMK perlu belajar bertanggung jawab terhadap tugas dan sarana yang diberikan. Mengapa? Karena semua sarana yang ada adalah  milik Tuhan yang dipakai untuk melayani. Kalau ini disadari, maka kita akan dapat melayani dengan baik dan gembira. Kedua, OMK perlu belajar untuk bekerja keras dalam pelayanan, meskipun tanpa dibayar. Mengapa? Karena motivasi pelayanan pertama-tama bukan insentif, tetapi sungguh mau melayani Tuhan. Lalu apa balasannya? Upahmu besar di surga (Mat.5:12). Ketiga, OMK perlu belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri dalam karya pelayanan, tidak bersifat egois. Dengan semangat ini, OMK dapat menyesuaikan diri dengan siapa yang akan dilayani, rela berkorban dan orang lain yang dipentingkan. Keempat, OMK perlu belajar berkomunikasi. Artinya pelayanannya perlu disesuaikan dengan umat yang menerimanya, agar pewartaannya dapat dimengerti dan diterima.


Selanjutnya P. Erwin mengatakan ada empat ciri pelayanan yang menandakan, pelayanan itu bersifat gerejawi. Pertama, bercita rasa religius. Artinya Yesuslah menjadi pusat dan kita adalah murid-murid-Nya. Dengan rendah hati kita berusaha membagi pengalaman religius yang dialami dan mencoba melaksanakan kehendak Tuhan terlebih dahulu, sebelum mengajarkannya kepada orang lain. Kedua, kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan guru kita dalam melayani. Dalam pelayanan disadari bahwa pelayanan adalah untuk semua orang. Tidak boleh ada orang yang dibeda-bedakan. Tentang hal ini kita bisa belajar dari kisah Orang Samaria yang baik hati.  Ketiga, mau mengambil bagian dalam sengsara dan penderitaan Kristus dalam melayani Gereja. Dengan kesadaran ini OMK akan sanggup bertahan dalam pelayanan, jika mengalami medan yang berat dan menghadapi situasi sulit. Keempat, pelayanan gereja memiliki ciri kerendahan hati. Artinya bukan karena lebih hebat atau pandai, maka saya melayani. Satu-satunya yang hebat adalah Tuhan sendiri dan saya hanyalah pelayan-Nya. Seperti St. Fransiskus OMK harus berani berkata,  Aku ini hanyalah hamba yang tak berguna (Bdk. Luk 17:10). Dengan semangat kerendahan hati inilah, Allah berkenan memakai saya sebagai alat di tangan-Nya.

Penutupan CC ke-3

Akhirnya CC ke-3 ditutup dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh P. Amandus Ambot OFMCap, Propinsial Kapusin Pontianak. Dalam homilinya, P. Amandus Ambot OFMCap mengajak OMK, agar momen CC ke-3 ini mendorong mereka untuk lebih aktif lagi di dalam karya pelayanan di gereja, masyarakat, keluarga, dan di mana pun OMK berada. Pelayanan OMK di sini diperlukan sebab pelayanan adalah bagian mendasar hidup kristiani yang diperintahkan Tuhan Yesus sendiri kepada para murid-Nya. Namun P. Amandus mengingatkan, agar karya pelayanan ini tidak hanya berkobar-kobar pada awalnya saja, tetapi semangat pelayanan ini mesti dijaga, dipelihara terus menerus. Dengan kata lain kesetiaan dalam karya pelayanan sangatlah penting. Dan ini hanya mungkin, jika OMK mempunyai motivasi yang benar dalam pelayanan, yakni sebagai ucapan syukur kepada Tuhan, karena kasih dan keselamatan yang Ia telah berikan di dalam kehidupan kita dan tak lupa senantiasa menimba kekuatan Tuhan di dalam doa.


Pada bagian persembahan beberapa OMK mengenakan pakaian adat beberapa daerah. OMK Paroki Balai Sebut dan OMK Paroki Sanggau Ledo mengenakan pakaian adat Dayak, OMK Paroki Sesilia, Sungai Raya mengenakan adat Tionghoa, OMK Paroki Sambas mengenakan Pakaian Adat Melayu, OMK Paroki Delta Kapuas mengenakan pakaian adat Jawa.


Pada akhir pertemuan CC ke-3 juga diumumkan komunitas dan paroki yang memenangkan perlombaan. Untuk pemenang theme song dari komunitas yang dibentuk pada CC ke-3 adalah komunitas St. Klara dari Assisi (1), Ludovikus IX (2) dan St. Fransiksus Assisi (3). Sementara untuk perlombaan bahan katekese dan kreativitas, yang menjadi pemenang adalah Paroki, Paroki St. Fransiskus Asisi, Singkawang (1), Paroki St. Sesilia, Sungai Raya (2) dan Paroki Salib Suci, Ngabang (3).

Kesan dan Pesan CC ke-3

Ketika CC ke-3 berakhir, ada banyak kesan, pesan dan harapan yang disampaikan, baik dari OMK, maupun juga dari panitia. Beberapa kesan dan pesan yang ditangkap adalah sebagai berikut. 

Mario, ketua OMK dari Paroki St Sesilia, Pontianak dalam kesannya mengatakan, bahwa kegiatan CC ke-3 ini seru, banyak pengalaman, khususnya pengalaman turne. Apalagi saat turne di stasi Bacong, kelompoknya terhalang oleh banjir, jalannya jelek, sehingga mobil mereka sampai melintang-lintang. Namun demikian, kelompoknya tidak menyerah terhadap situasi sulit ini dan tetap semangat dalam melayani, sehingga capai pun tak terasa dan yang ada malah serunya.  Mario yang kuliah di Fakultas Fisika di Universitas Tanjung Pura dan sambil bekerja di perusahaan kontraktor berharap, agar CC ini ke depannya tetap diadakan, karena kegiatan ini bisa memancing ketertarikan teman-teman untuk ikut bergabung dalam karya pelayanan, membuka pikiran untuk kreatif dan bisa menumbuhkan panggilan untuk menjadi pastor, suster atau bruder.


Novan Luis Fernando dari Paroki St. Theresia, Delta Kapuas dalam kesannya menyatakan dua hal. Pertama, ia merasa bahagia mengikuti CC ke-3 ini karena ia bisa bergabung, berkumpul dan saling mengenal dengan OMK dari paroki-paroki lain. Kedua, pada saat turne, ia baru mengalami kali ini disambut seperti tamu istimewa, seperti penyambutan anggota DPR atau Gubernur dengan tari-tarian. Ia mengalami orang di stasi itu ramah-ramah, sopan dan baik. Dalam pesannya, ia berharap, agar cc yang ke-4 nanti dapat lebih meriah, seru dan menantang. Menurutnya CC seharusnya terus diadakan sampai CC yang ke-100 sambil disertai derai tawa gembira. 

John Wahyudi OFMCap sebagai Wakil Ketua CC ke-3 dalam kesannya mengatakan, bahwa CC ke-3 berjalan memuaskan. Dari awal dapat berjalan dengan baik dan lancar. Ia melihat bahwa keterlibatan peserta, panitia juga luar biasa. Ia berharap, agar seperti keinginan para OMK sendiri, ke depan CC dapat terus diadakan sebab OMK telah merasakan nilai dan manfaatnya. Misalnya saja mereka semakin banyak mengenal orang,  persaudaraannya, semangatnya dan menurut kesaksian para pendamping OMK, mereka yang ikut CC memang sebagian besar terlibat dalam kegiatan OMK di parokinya masing-masing.

Akhirnya tulisan ini ditutup dengan sapaan khusus untuk OMK di mana pun berada. Apa kabar OMK? Baik, beriman, dan bersaudara !!! (FCW).
Penggunaan BR Dalam Dokumen HTML