GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA

Propeller Ads

Propeller Ads

Wednesday, June 14, 2017

MISA PENUTUPAN BULAN MARIA 2017

MISA PENUTUPAN BULAN MARIA 2017

Minggu, 28 Mei 2017 Gua Maria Santok terlihat penuh oleh ratusan umat yang hadir dalam perayaan ekaristi pada penutupan bulan Maria. Misa yang berlangsung meriah dan hikmat ini dianimasi dengan penuh semangat oleh OMK dari Stasi Sajingan. Hadir dalam perayaan ekaristi penutupan bulan Maria ini, Pastor Propinsial Kapusin Pontianak, P. Amandus Ambot OFMCap sebagai selebran utama dan didampingi oleh P. F. Cahyo Widiyanto OFMCap, P. Yulius Lingga OFMCap dan P. Aloysius Anong OFMCap sebagai imam konselebran. 


Dalam kata pembukaan misa P. Amandus mengatakan, bahwa pada bulan April 2017, ia berkunjung ke Fatima, Portugal tempat ziarah Bunda Maria yang terkenal selain Lourdes. Di sana situasinya juga luar biasa. Begitu banyak manusia yang datang dari pelbagai belahan dunia untuk berdoa. Jadi tujuan mereka datang ke Fatima hanya satu untuk berdoa bersama Bunda Maria. Dan rupanya ini sungguh memberikan peneguhan, penghiburan dan kekuatan kepada mereka. Kalau melihat kompleknya yang luas, juga dipenuhi dengan pelbagai manusia, ia mengatakan, “Memang itulah mukjizat menurut saya”. Tetapi kalau kita melihat orang-orang kudus, yang membuat tempat itu terkenal, misalnya keluarga dari Francesco dan Yasinta, mereka adalah keluarga sederhana, keluarga petani. Begitu juga di Lourdes orang yang melihat atau mendapat penampakan dari Bunda Maria adalah orang yang sederhana juga, namun orang yang sungguh mempunyai iman.


Dalam penampakkannya, Bunda Maria selalu menyampaikan pesan, supaya kita terus bertekun dalam doa. Dan ini kiranya tepat, sebab di dalam Kitab Suci pun nampak bagaimana para rasul setelah Yesus naik ke surga, mereka selalu bertekun berdoa bersama Bunda Maria. Pesan yang disampaikan bunda Maria seperti yang dihayati para rasul dan juga kita sekarang, kiranya tetap hidup dalam diri kita sebagai orang kristen, sebagai murid-murid Yesus. Akhirnya P. Ambot berharap, agar ibadat di gua Maria Santok, yang alamiah dan indah ini, sungguh menguatkan iman, memberi suatu kesan yang memampukan untuk bertemu dengan Tuhan dan untuk senantiasa ingat akan perintah dan teguran Tuhan dengan mencontoh teladan Bunda Maria yang sederhana, tapi sungguh dekat dengan Tuhan.

Doa Rosario dengan Ujud Khusus Asian Youth Day 2017

Setengah jam sebelum misa penutupan bulan Maria, umat terlebih dahulu berdoa Rosario yang dipimpin oleh OMK dari stasi Sasak. Dalam lima peristiwa mulia yang didoakan, lima ujud doa disampaikan secara khusus untuk kegiatan Asian Youth Day (AYD) 2017 sebagai salah satu rangkaian kegiatan untuk ikut merasakan perayaan AYD dalam konteks paroki, sebagaimana diserukan Panitia Pra – AYD 2017 Keuskupan Agung Pontianak. Tema AYD 2017 adalah “Joyful Asian Youth! Living The Gospel in Multicultural Asia”.


Lima ujud khusus yang didoakan dalam rosario adalah sebagai berikut: Pertama, pelaksanaan AYD 2017 dapat berlangsung dengan baik, mulai dari pelaksanaan Days in Diocese (DID) hingga acara puncak AYD, 30 Juli - 6 Agustus 2017 di Yogyakarta. Kedua, OMK mampu membawakan pesan perdamaian dan persahabatan di tengah budaya yang beragam dalam konteks lokal. Ketiga, OMK merasakan perayaan sukacita Injil di tengah masyarakat Asia yang multikultural. Keempat, OMK mampu menyadari menghormati persekutuan dengan semua ciptaan dalam keberagaman dan menjadi saksi sukacita Injil. Dan kelima, OMK mampu menyuarakan keadilan sosial dan perdamaian dan merawat bumi.

Mengenal Berarti Mencintai

Mengawali khotbahnya dalam misa penutupan bulan Maria, P. Yulius bertanya kepada umat yang hadir, apakah sebagai seorang suami, istri dan OMK serta anak-anak, mereka SUNGGUH MENGENAL istri, suami dan orang tua mereka? Mendapat pertanyaan ini umat menjawab ya. Tetapi P. Yulius mengatakan, “Simpanlah jawabannya”.

Kemudian P. Yulius menjelaskan makna kata mengenal dalam konteks bacaan Minggu Paskah VII, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh.17:3). Kata mengenal dalam bahasa Ibrani adalah yada. Mengenal di sini dipahami bukan hanya dalam arti mengenal nama, tempat, dsb., tetapi mengenal juga berarti sebuah persembahan hati yang murni untuk orang yang saya kenal. Jadi kalau saya mengenal seseorang, saya persembahkan diriku ini, hidupku ini, sebagai hadiah untuk dia yang kukenal.


Pengenalan menjadi lebih sempurna, jika pengenalan itu menyangkut dua belah pihak seperti juga cinta. Maka jika dalam Injil, Allah dalam Yesus mengenal kita semua dengan menyerahkan hidup-Nya, mati di salib agar kita dicintai Tuhan dan memperoleh akses bahagia kekal bersama Allah, maka pengenalan itu menjadi sempurna, jika dari pihak saya juga mengenal Allah itu dengan mempersembahkan diriku, yaitu hidupku, cintaku kepada Allah.

Contoh yang menarik tentang bagaimana kita dapat mengenal Allah secara benar adalah bunda Maria. Sesudah Yesus naik ke surga Maria bersama para murid bertekun dalam doa. “Saya bisa bayangkan bahwa sesudah kepergian Yesus, para murid kehilangan Dia”. Tetapi siapa paling menderita dari kepergian Yesus? Bunda Maria! Ia adalah seorang Ibu yang kehilangan putranya. Namun demikian Maria bersama para rasul berdoa. Mengapa? Sulit mencari jawabannya. Film The Passion of the Christ (2004) yang disutradarai oleh Mel Gibson barang kali bisa menolong kita menjawab pertanyaan di atas.


Ketika Yesus dalam perjalanan ke Golgota, berlumur darah, digiring oleh para serdadu, orang-orang berdiri di pinggir jalan termasuk Maria. Yesus terlihat kotor, dihina, dicaci dan Maria mau memeluk putranya dari kerumunan itu, tetapi ia juga takut akan dibunuh seperti Yesus. Dalam situasi itu, Maria kemudian ingat akan masa kecil Yesus. Ketika itu Yesus Yesus jatuh, berdarah dan Maria datang memeluknya dan membalut lukanya. Mengingat masa kecil Yesus itu, Maria kemudian bertanya menggugat dirinya, “Aku sudah percaya saat Yesus di dalam kandunganku. Aku mencintainya sejak kecil, waktu dia jatuh dan berdarah. Lalu, mengapa sekarang aku takut masuk dalam kerumunan itu dan memeluk Yesus, Tuhanku?” Cinta Maria kepada Yesus tidak berubah. Ia kemudian memeluk Yesus putranya. Maria mengenal Yesus. Ia menyerahkan seluruh hidupnya, untuk Yesus. Dari kisah ini, kiranya sekarang kita bisa menjawab mengapa Maria ikut berdoa bersama para murid Yesus. Ia seakan mau mengatakan bahwa aku senantiasa bersama kalian. Kalau aku mati, maka aku ingin mati bersama kalian. Maria tidak meninggalkan para murid Yesus, Putranya sendirian.

Belajar dari cara Maria mengenal Allah dalam Yesus, putranya, kita juga harus mampu menerjemahkan pengenalan kita akan Allah dalam cinta yang konkret. “Kalau suami sungguh mengenal istri, maka ketika istri kotor dan berdarah, anda harus datang dan memeluknya seperti anda pertama kali jatuh cinta kepadanya. Seperti Maria, anda harus membawanya bangkit, membawanya kepada Tuhan untuk mengenal Tuhan. Kalau istri sungguh mengenal suaminya, maka ia juga harus bertarung habis-habisan, membawa suaminya kepada Tuhan, agar ia sampai pada sumber keselamatan kekal. Oleh karena itulah ketika suami kotor, ambil dia, peluk dia, bawa dia pulang seperti Maria lakukan terhadap Yesus. Kalau orang muda mengenal orang tua masing-masing, maka caranya sama. Orang muda tidak hanya meminta melulu dari orang tua, tetapi memberi diri sebagai hadiah bagi orang tua”.


Sebagai penutup khotbahnya, P. Yulius bercerita. Ada seorang ibu membawa apel besar untuk dua anaknya. Kepada yang sulung, sebut saja Joni, Ibu itu berkata, “Ini saya bawa apel besar untuk kamu dan adikmu. Kamu potong bagi dua dengan adikmu penuh dengan cinta kasih”. “Bagaimana caranya?”, kata Joni kepada Ibunya. “Potong dua”, kata Ibunya “yang besar untuk adikmu, yang kecil untuk kamu”. Sesudah itu Joni membawa apel itu ke adiknya. Ia berkata, “Dek ini apel dari mama. Kita makan berdua ya. Tetapi syaratnya kita potong dulu buah apel ini dengan penuh cinta kasih”. “Bagaimana caranya”, kata adiknya. Joni menjawab, “Kamu bagi dua apel itu, lalu yang besar untuk abang dan yang kecil untuk adik”. Apa makna dari cerita ini? Mengenal sama dengan mencintai, memberi yang terbesar untuk orang yang kita cintai. 


Karena itulah maka pertanyaan awal, apakah sebagai seorang suami, istri dan OMK serta anak-anak, kalian SUNGGUH MENGENAL istri, suami dan orang tua kamu sekalian, perlu diganti dengan pertanyaan ini, apakah sebagai seorang suami, istri dan OMK serta anak-anak, kalian sungguh MAU mengenal istri, suami dan orang tua kamu sekalian dan membawanya kepada Tuhan? Kalau jawabannya ya, saya mau, maka ketika kita berdoa di Gua Maria, kita bukan mau mencari mukjizat, tetapi bersama Maria dan Yesus kita justru membuat mukjizat, karena kita bisa membawa suami, istri, OMK dan anak-anak kepada Allah, kepada keselamatan, kepada hidup yang kekal,   “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh.17:3).

Aksi Panggilan

Sementara itu, sesudah doa penutup, P. Aloy juga sedikit menjelaskan tentang panggilan menjadi imam, biarawan/wati, secara khusus panggilan menjadi seorang Kapusin. Dengan mengutip lagu kondan Kapusin, P. Aloy mengatakan secara singkat apa yang khas dalam saudara Kapusin itu, yaitu mereka hidup bersahaja dan mengenakan jubah coklat dan tali putih di pinggangnya.


Kepada OMK, P. Aloy menantang mereka, agar jika ada panggilan, mereka jangan ragu menjawabnya. Memang dari Paroki Sambas sudah ada tiga orang yang menjadi Kapusin, yakni P. Samri, P. Markus dan P. Alfons. Namun panggilan mereka masih belumlah cukup. Masih diperlukan pemuda-pemuda lain untuk bekerja secara khusus di ladang Tuhan. Kalau ada OMK merasa dipanggil Tuhan, tetapi tidak menjawabnya, maka P. Aloy menganalogikan, ia bisa jadi akan dilempar “batu” oleh Tuhan untuk mengingatkan dia. Banyak kebaikan yang kita peroleh, tetapi kita lupa berterima kasih kepada Tuhan. Kita sering menganggap bahwa kesuksesan kita adalah usaha kita sendiri, bukan anugerah, pemberian Tuhan. Baru ketika mengalami kegagalan, sakit penyakit, kita merasa Tuhan telah “melempar” kita untuk mengingatkan akan kebaikan dan panggilan-Nya.


Kepada orang tua, P. Aloy berharap, agar orang tua tidak hanya berdoa untuk panggilan anak orang lain, tetapi berani mempersembahkan putranya sendiri demi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan seluruh umat. (FCW).

Thursday, May 25, 2017

NOVENA ROH KUDUS


Novena Roh Kudus ini dilaksanakan selama sembilan hari, mulai pada hari sesudah kenaikan Yesus ke surga dan berakhir pada hari Sabtu menjelang Pentekosta. Dalam novena ini umat memuji Tuhan yang menjanjikan kedatangan Roh Kudus dan memohon rahmat-Nya agar siap menyambut kedatangan Roh Kudus. Novena ini juga dapat dilaksanakan dalam kesempatan lain.


(Jumat, 26 Mei 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Marilah berdoa: Allah pokok keselamatan kami, karena kebangkitan Kristus kami lahir kembali dalam pembabtisan dan menjalani hidup baru. Arahkanlah hati kami kepada Kristus yang kini duduk di sebelah kanan-Mu. Semoga Roh-Mu menjaga kami sampai Penyelamat kami datang dalam kemuliaan, sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Bacaan Injil (Yoh.16:20-23a)

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.

Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.

Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.

Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku”.

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Di dalam kehidupan nyata, manusia mengalami hari-hari hidupnya diwarnai dengan pasang surut: ada kegembiraan dan dukacita; ada kalanya bersemangat, tetapi di lain hari loyo.

Para murid Yesus pun dalam Injil Yohanes mengalami hal yang sama. Saat Yesus akan meninggalkan mereka untuk menghadap Bapa, mereka akan berduka, tetapi saat Yesus datang kembali, mereka akan bersukacita.

Situasi seperti ini – kata Yesus – dapat dibandingkan situasi perempuan yang hendak melahirkan. Saat melahirkan, ia berdukacita karena rasa sakit yang menimpanya, tetapi sesudah melahirkan, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.

Dalam perubahan pengalaman manusia: kegembiraan-kesedihan; keuntungan- kemalangan; kegairahan-kelesuan, dsb. sebenarnya ada satu yang tetap. Bukan perubahan itu sendiri yang tetap (walaupun benar), tetapi bahwa Tuhan senantiasa hadir dalam perubahan itu. Hanya bentuk kehadiran Tuhan saja yang berbeda. Ketika di dunia,  Tuhan Yesus hadir secara fisik dalam keterbatasan-Nya. Tetapi berkat wafat dan kebangkitan-Nya, Ia hadir dalam tubuh rohani yang baru, yang jauh dapat menjangkau seluruh murid-Nya, di manapun mereka berada.

Bahwa Tuhan Yesus senantiasa hadir di dalam Gereja-Nya, hal ini dialami Paulus dalam karya kerasulannya, sebagaimana nanti kita akan dengar dalam Kisah Rasul (Kis. 18:9-18). Ketika Ia mewartakan Injil di Korintus, Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya dalam suatu penglihatan, bahwa Ia senantiasa hadir menyertainya, sehingga karya kerasulannya akan berhasil. Ia sendiri akan mengalami, bagaimana ia terhindar dari rencana jahat yang dilakukan oleh jemaat Yahudi yang tidak suka akan kesaksiannya.

Dalam suka-duka, kehidupan kita yakinlah bahwa Tuhan senantiasa hadir. Ia hadir, kala kita mengalami konsolasi (penghiburan) rohani. Tetapi Ia juga hadir ketika kita mengalami kekeringan rohani (desolusi). Yang penting dalam perbedaan pengalaman manusia itu ialah iman menjadi pegangan kita. Bahwa Ia tidak pernah sedetikpun meninggalkan kita. Ia senantiasa menyatakan diri sebagai Tuhan yang hadir menyertai kita. Kalau kenyataan ini kita pegang, maka kita senantiasa akan merasa aman di dalam kehidupan kita; kita akan merasakan penyertaan Tuhan kemana pun kita diutus.

Pertanyaan kita – yang diinspirasikan Roh Kudus – adalah: kalau Tuhan sebenarnya menyertai perjalanan kita para murid-Nya, apakah kita juga berusaha senantiasa bersama Tuhan dalam segala aktivitas dan kegiatan kita? (FCW).

Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

(Sabtu, 27 Mei 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Allah yang mahabijaksana, Putra-Mu menjanjikan Roh Kudus kepada para rasul dan memenuhi janji itu sesudah Dia naik ke surga. Semoga kami pun Kau anugrahi karunia Roh Kudus. Demi Yesus Kristus, Pengantara kami, kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan Injil (Yoh.16:23b-28)

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.

Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.

Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu.

Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah.

Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa.”

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Dalam amanat perpisahan-Nya dengan para murid, Yesus dalam Injil Yohanes hari ini berbicara kepada kita tentang doa. Doa ini kata Yesus hendaknya diarahkan kepada Allah Bapa dengan Perantaraan  diri-Nya (dengan perantaraan nama-Nya).

Dan dalam doa-doa yang para murid panjatkan sampaikan kepada Bapa, mereka juga tidak boleh segan-segan untuk meminta kepada Bapa apa yang mereka perlukan. Mengapa?

Pertama, karena “sampai sekarang mereka belum meminta sesuatu pun dalam nama-Nya” (Yoh.16:24). Ini tidak berarti para murid selama ini tidak pernah berdoa, tetapi keterarahan doa mereka selama ini bisa jadi langsung kepada Yesus, ataupun seandainya terarah kepada Bapa, tetapi belum dalam nama Yesus: belum menyebutkan pengantaraan darah-Nya, kebenaran dan korban-Nya yang menyelamatkan, menebus, yang menyembuhkan, karena mereka belum mengalami wafat dan kebangkitan Yesus.

Kedua, Yesus meminta para murid-Nya agar mereka jangan segan-segan meminta sesuatu kepada Bapa, karena mereka pasti akan menerimanya. Alasan pengabulan doa para murid ialah: karena mereka telah mengasihi Yesus dengan mentaati ajaran dan perintah-perintah-Nya dan percaya, bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka dan kepergian-Nya kepada Bapa adalah untuk menyediakan tempat bagi para murid, agar mereka boleh tinggal bersama Bapa di surga.

Dalam kekuatan doa ini jugalah kita percaya, bahwa Apolos (dalam Kis.18:23-28) berhasil dalam karya pewartaannya di Akhaya, bukan semata-mata karena ia fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci, tetapi terlebih karena kekuatan Allah yang hadir berkat buah ketekunannya dalam doa.

Karena itulah, berdasarkan Firman Tuhan hari ini, marilah dalam kuasa Roh Kudus kita mohon, agar kita dianugerahi rahmat berdoa, sehingga kita tidak lagi takut-takut untuk datang kepada Allah, karena kita tahu bahwa setiap doa yang kita panjatkan, Bapa akan mengabulkannya dalam nama Yesus, Putera-Nya. (FCW).

Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

(Minggu, 28 Mei 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Allah, Penyelamat kami, kami percaya bahwa Kristus telah bersatu dengan Dikau dalam keagungan. Semoga dalam Roh-Nya, Dia selalu menyertai kami sampai akhir zaman, seperti yang dijanjikan-Nya. Sebab Dialah Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Bacaan Injil (Yoh.17: 1-11a)

Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus menengadah ke langit dan berdoa, “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.

Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.

Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.

Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.

Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Pada “Hari Minggu Komunikasi Sedunia” ini, Paus Fransiskus mengatakan, agar kita sebagai umat Katolik jangan segan-segan menjadi warga dunia digital. Mengapa? Karena  Paus mau mendorong kita agar melalui media digital ini kita mau berdialog dengan manusia masa kini dan mengantarnya untuk berjumpa dengan Kristus. 

Tetapi agar dunia digital sungguh-sungguh menjadi sarana komunikasi untuk membangun kemanusiaan yang baru, yakni mau menjadi sesama yang terluka dalam perjalanan dan tidak menjadikan sarana komunikasi yang justru memanipulasi manusia,  maka di sini kita memerlukan doa sebagai sarana komunikasi antara manusia dengan Allah, yang memampukan manusia untuk hidup sesuai dengan martabat-Nya yang luhur sebagai anak-anak Allah.

Karena pentingnya doa sebagai dasar komunikasi kita dengan Allah dan manusia inilah, maka Yesus dalam perjamuan malam terakhir berdoa, agar Bapa berkenan mempermuliakan Dia dengan kemuliaan yang Ia miliki sebelum dunia dijadikan dan agar para murid-Nya Bapa pelihara selama kehidupannya di dunia ini.

Doa yang Yesus panjatkan dalam perjamuan malam terakhir mengingatkan kita, agar kita sebagai murid-murid-Nya tekun berdoa. Mengapa? Sebab selama di dunia masih akan banyak tantangan, godaan yang bisa membelokkan diri kita dari kehidupan kekal bersama Bapa. Karena itulah doa bagi kita, harus menjadi nafas cinta kepada Tuhan yang didorong oleh Roh Kudus yang berbicara di hati kita. Kalau Doa kita pahami secara demikian, maka doa menjadi sesuatu yang sangat penting dan tidak pernah bisa kita tinggalkan dalam usaha kita mengikuti Dia secara serius.  (FCW).

Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

(Senin, 29 Mei 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Allah yang Mahakudus, semoga kekuatan Roh-Mu turun atas kami, agar kami mematuhi kehendak-Mu dengan setia dan mengamalkannya dalam cara hidup kami. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Bacaan Injil (Yoh.16: 29-33)

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata bahwa akan tiba saat-Nya bahwa Ia tidak lagi berbicara dengan memakai kiasan. Maka para murid berkata kepada Yesus, “Lihat, sekarang Engkau terus terang berkata-kata dan Engkau tidak memakai kiasan.

Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah.”

Jawab Yesus kepada mereka: "Percayakah kamu sekarang?

Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Yesus dalam Injil Yohanes hari ini berbicara tentang pentingnya iman (kepercayaan) yang perlu dimiliki oleh para murid-Nya. Iman sebagaimana diharapkan Yesus ini sudah dimiliki oleh para murid-Nya. Hal ini nyata, ketika Yesus selesai dengan pengajaran-Nya, para murid akhirnya menyimpulkan, “Kami, percaya Engkau datang dari Allah” (Yoh.16:30).

Namun kepercayaan para murid di sini nampaknya masih perlu dikritisi. Mengapa? Sebab konsep iman para murid masih baru berhenti dalam pemahaman dan belum sungguh teruji dalam penderitaan. Oleh karena itulah pada saat penderitaan-Nya nanti, Yesus menubuatkan bahwa mereka akan dicerai-beraikan dan mereka akan meninggalkan-Nya seorang diri (Yoh.16:32).

Walau iman para murid belum sungguh teruji, namun Yesus mau menghibur dan menguatkan mereka, sebab Ia telah mengalahkan dunia dan mereka semua yang bertekun akan memperoleh damai sejahtera dari-Nya.

Sebagai murid Yesus, kita seharusnya berani mengatakan, bahwa saya percaya kepada-Nya. Namun kepercayaan ini tidak boleh berhenti hanya sebatas bibir saja. Kepercayaan kita mesti terungkap dalam perkataan dan perbuatan dan seharusnya tahan uji dalam tantangan dan kesulitan, sebab “orang benar hidup oleh iman” (Rm. 1:17).

Namun iman semacam ini dalam kenyataan tidaklah mudah dihayati, karena kelemahan manusiawi kita. Oleh karena itulah kita tidak dapat beriman hanya dengan kekuatan kita sendiri. Kita memerlukan kekuatan Roh Kudus, Roh Yesus yang akan menguatkan, meneguhkan kita dalam perjuangan hidup sehari-hari, sebagaimana dihayati oleh jemaat di Efesus, yang menerima anugerah Roh Kudus berkat penumpangan tangan Paulus (Kis.19:6).

Oleh, karena itulah, pada novena pada hari keempat ini kita mohon kekuatan Roh Kudus, agar hidup kita sebagai seorang murid senantiasa diperbaharui dan dikuatkan oleh-Nya, sehingga hidup kita memang sungguh dapat menjadi kesaksian indah bagi Tuhan dan kemuliaan bagi nama-Nya.(FCW).

Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

NOVENA ROH KUDUS HARI KELIMA
(Selasa, 30 Mei 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Allah yang Mahakuasa dan Mahakudus, semoga Roh Kudus turun atas kami dan berdiam dalam diri kami, sehingga kami menjadi kenisah kemuliaan-Nya. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Bacaan Injil (Yoh.17: 1-11a)

Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus menengadah ke langit dan berdoa, “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.

Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.
Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.

Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu.

Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.

Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Injil Yohanes hari ini berbicara tentang Yesus yang berdoa kepada Bapa-Nya sebagai Anak Allah pada saat perjamuan terakhir, sesudah Ia mengajar banyak hal yang perlu untuk kehidupan para murid-Nya. Dalam doa Yesus ini kita bisa merasakan intimitas, kedekatan Yesus dengan Bapa.

Dalam doa-Nya, ada dua hal yang Yesus mohonkan kepada Bapa-Nya: Pertama, untuk diri-Nya sendiri, agar Bapa mempermuliakan-Nya, “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau” (Yoh 17:1). Mempermuliakan di sini berarti memberi kemuliaan kepada Yesus, sebagaimana Yesus sebagai pribadi kedua Allah Tritunggal sudah miliki sebelum manusia dan dunia ciptakan. Dari pihak Yesus Ia sudah mempermuliakan Bapa, yakni dengan menyelesaikan pekerjaan yang Bapa berikan kepada-Nya, dan Ia telah menyatakan nama Bapa kepada para murid. Namun permohonan Yesus, agar Bapa mempermuliakan Dia, bukan untuk melepaskan-Nya dari jalan salib, tetapi agar Ia sanggup menyelesaikan tugas perutusan-Nya sampai selesai, sampai di salib.

Kedua, Yesus berdoa, agar Bapa memelihara para murid-Nya yang masih ada di dunia, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Yoh 17:11). Memelihara di sini maksudnya: agar Bapa menjaga, melindungi, merahmati para murid karena mereka masih di dunia dengan segala macam tantangan, godaannya, sehingga para murid dapat mengatasi godaan dan memperoleh kehidupan yang kekal. Yesus berdoa, agar para murid-Nya bersatu, karena kesatuan ini menyimbolkan kesatuan yang ada dalam Allah Tritunggal, di mana kasih menjadi tali pengikat yang mempersatukan. Dengan kesatuan orang dapat melihat kehadiran Allah.

Berkat kekuatan doa ini jugalah St. Paulus dalam perpisahannya kepada para penatua jemaat di Miletus bersaksi, bahwa Ia tidak pernah melalaikan mewartakan Firman Tuhan, sekalipun ia menghadapi banyak tantangan dari pihak orang Yunani dan Yahudi (Kis.20: 20,27) dan Ia dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadanya (Kis.20:24).

Berdasarkan teladan Yesus dalam berdoa ini, marilah kita di dalam kekuatan Roh Kudus juga bertekun di dalam doa-doa kita: agar kita dapat memiliki relasi yang dekat dengan Allah Bapa seperti Yesus; agar dalam kehidupan sehari-hari Allah Bapa senantiasa memelihara, menjagai dan merahmati kita; agar kita tahan uji sebagai murid-murid Yesus di tengah tantangan dan kesulitan; dan agar kita sesuai dengan panggilan dan kapasitas masing-masing dapat melaksanakan tugas perutusan kita menjadi saksi Yesus di tengah keluarga, masyarakat dan Gereja kita. Tuhan memberkati kita. (FCW).

Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.



NOVENA ROH KUDUS HARI KEENAM
(Rabu, 31 Mei 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Allah yang Mahaesa, Engkau telah menghimpun Gereja dalam Roh Kudus. Semoga kami mengabdi kepada-Mu dengan ikhlas dan bersatu padu dalam cinta. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Bacaan Injil (Luk.1:39-56)

Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.

Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”

Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.

Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.

Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”

Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Hari ini Gereja merayakan Pesta “St. Perawan Maria Mengunjungi Elisabet”. Dengan pesta ini Gereja hendak mengundang kita, agar kita sebagai murid-murid Yesus, mau belajar dari Bunda Maria. Mengapa? Sebab Maria adalah Bunda Allah, Ibu Tuhan sebagaimana digarisbawahi oleh Elisabet, “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk 1:43).

Sebagai Ibu Tuhan (Yesus), Maria memang memiliki iman yang pantas untuk diteladani. Iman yang mana? Iman yang tidak hanya disimpan untuk dirinya sendiri, tetapi iman yang dibagikan kepada sesamanya. Karena itulah, maka Maria mengunjungi Elisabet, untuk men-sharing-kan pengalaman iman yang dimilikinya dalam kaitan dengan rencana Allah di dalam dirinya melalui malaikat Gabriel. Dan ketika iman di-sharing-kan, dibagikan dalam kata dan perbuatan, apa hasilnya? Kegembiraan dan sukacita, sebab Allah pada hakikatnya adalah kasih dan sumber segala rahmat. Karena itu pantaslah Elisabet dan Yohanes Pembaptis, bayi yang masih ada di dalam kandungan Elisabet bersuka cita, ketika mendengar salam Maria.

Berdasarkan Pesta hari ini, marilah kita berdoa, agar seperti Maria, kita juga sanggup membawa Yesus kepada sesama, baik dalam kata maupun perbuatan kita, sehingga hidup kita dapat menjadi kegembiraan, suka cita dan inspirasi bagi sesama kita. Tuhan memberkati. (FCW).
   
Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

NOVENA ROH KUDUS HARI KETUJUH
(Kamis,  1 Juni 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Allah yang Mahakudus, curahkanlah Roh Kudus-Mu ke dalam diri kami, sehingga kami dapat melaksanakan kehendak-Mu dan layak menjadi milik-Mu. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Bacaan Injil (Yoh.17:20-26)

Dalam perjamuan malam terakhir, Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi para pengikut-Nya, “Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka.”

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Injil Yohanes pada peringatan St. Yustinus, Martir berbicara kepada kita tentang doa. Tepatnya doa Yesus untuk para murid-Nya sesudah Ia memberikan amanat, pengajaran dan hal-hal yang berguna bagi para murid dalam perjamuan malam terakhir. Namun para murid di sini, bukan hanya menyangkut ke-12 rasul, tetapi juga menyangkut kita para murid-Nya pada zaman sekarang, maupun juga para murid Kristus di masa depan sepanjang zaman.

Kalau Yesus dalam konteks Perjamuan Malam terakhir mendoakan para murid-Nya kepada Bapa, maka ada dua isi permohonan yang disampaikan Yesus.

Pertama, Yesus mendoakan agar para murid-Nya bersatu (21, 23) dan model kesatuan di antara para murid ini adalah kesatuan yang terdapat dalam hubungan antara Yesus dengan Bapa-Nya, di mana dalam hubungan itu ada cinta kasih dan saling percaya menjadi dasarnya. Bapa mengasihi Putra, dan Putra taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Dalam relasi yang diikat oleh Roh Kudus inilah, para murid diikutsertakan dalam kesatuan Bapa dan Putra, dan kesatuan itu memancar dalam kesatuan para murid sendiri, yang tujuannya adalah: agar dunia percaya bahwa Allah Bapa lah yang telah mengutus Yesus (21, 23) dan agar dunia percaya, bahwa Bapa juga mengasihi mereka.

Kedua, Yesus mendoakan agar di mana pun Ia berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Dia. Artinya, di mana Kristus meraja di surga, di rumah Bapa-Nya sesudah sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya, hendaknya demikian juga para murid-Nya berada di sana untuk beroleh kebahagiaan kekal bersama dengan Dia.  Tetapi kebersatuan para murid ini bukan terjadi hanya di surga nanti, tetapi juga sudah dapat dialami sekarang, sebab Roh Kudus akan diberikan kepada para murid, sehingga dengan kehadiran Roh Kudus itu, di mana pun para murid berada Roh Kudus, Roh Yesus hadir sebagai yang menghibur, yang menguatkan, yang meneguhkan para murid dalam upaya mereka menghidupi ajaran Kristus dan memberikan kesaksian iman di tengah-tengah kehidupan mereka.

Berdasarkan Firman Tuhan hari ini dan juga disemangati oleh teladan hidup St. Yustinus, martir serta dorongan Roh Kudus marilah kita berdoa, agar harapan Yesus akan adanya kesatuan di antara para murid Kristus sungguh-sungguh dapat terwujud, sehingga berangkat dari kebersatuan para murid Kristus inilah dunia percaya bahwa benarlah Yesus yang telah Bapa utus untuk menyelamatkan kita dan agar kita pada saatnya juga dapat bersatu dengan Allah Tritunggal dalam kebahagiaan abadi sebagaimana yang telah Yesus janjikan kepada kita semua. Tuhan memberkati kita. (FCW).
   
Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

NOVENA ROH KUDUS HARI KEDELAPAN
(Jumat, 2 Juni 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Allah sumber cahaya kekal, Engkau telah membukakan bagi kami jalan menuju hidup kekal dengan memuliakan Putra-Mu dan mengutus Roh Kudus. Semoga cinta bakti dan iman kami selalu bertambah. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Bacaan Injil (Yoh.21:15-19)

Yesus yang telah bangkit menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Sesudah mereka sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”

Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Injil Yoh hari ini berbicara kepada kita, tentang pentingnya cinta kasih kepada Yesus sebagai prioritas yang pertama dan utama, dalam kehidupan seorang murid Kristus, sehingga mereka dapat menggembalakan kawanan domba-Nya. Dan hal ini nyata dalam dialog yang terjadi antara Yesus dan Simon Petrus yang terjadi di pantai danau Tiberias/Galilea, ketika para murid Yesus berkumpul bersama dengan Dia sesudah peristiwa mukjizat penangkapan ikan setelah mereka gagal menangkap ikan semalam-malaman.

Kalau kepada Simon Petrus, Yesus meminta, agar ia mengasihi Dia melebihi segala sesuatu yang lain, mungkin dalam hati kita bertanya, mengapa cinta kepada-Nya ini yang ditekankan, dan bukan nilai-nilai yang lain? Ada dua jawaban yang kiranya dapat diberikan.

Pertama, karena cinta kepada Tuhan adalah hukum yang pertama dan utama. Dalam  dalam dialog dengan ahli Taurat, Yesus mengatakan dalam Mrk 12:30, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu”. Dengan menghayati hidup dalam cinta kasih kepada Yesus ini, Simon Petrus dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam hakekat Allah sendiri yang adalah kasih. “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.  Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” (1 Yoh 4:7-8).

Kedua, cinta kepada Yesus menjadi prioritas karena cinta kasih adalah kegenapan hukum Taurat, “Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.” (Rom 13:10).

Sesudah kita melihat, tentang pentingnya cinta kasih kepada Yesus sebagai nilai tertinggi dalam diri seorang murid, dalam hal ini secara spesifik dalam diri Simon Petrus, kita bisa bertanya lebih lanjut, “Mengapa Yesus kepada Simon Petrus bertanya apakah engkau mengasihi Aku” sampai 3 kali?

Jawabannya karena Petrus telah menyangkali Yesus selama tiga kali dan penyangkalan Simon ini mau tdk mau meninggalkan penyesalan, luka, rasa bersalah karena ia telah mengakhianati Yesus, Tuhan dan gurunya yang telah mengasihinya dan ia kasihi. Oleh karena itulah untuk menghapus ingatan akan pengalaman traumatis ini, Yesus memberikan pengampunan kepadanya, dan menghapuskan ingatan akan penyangkalan tiga kali itu, dengan tiga kali pernyataan kasih yang menyembuhkan, memulihkan dan mengutuhkan.

Sesudah Simon menyatakan kasihnya kepada Yesus, maka Yesus memerintahkan kepadanya untuk menggembalakan kawanan domba-domba-Nya. Artinya kasih yang Simon Petrus telah nyatakan, mesti diwujudkan dalam tindakan kongkret, ada suatu tanggungjawab yang mesti dilaksanakan, yakni menggembalakan murid-murid Kristus. Dan ini dibuktikan Petrus sampai dengan kemartiran yang dialaminya di Roma. Ia mati di salib. Tetapi karena ia tidak mau menyamai kematian Yesus, Guru dan Tuhannya, maka ia meminta disalibkan dengan kepala ke bawah.

Berdasarkan Injil hari ini marilah kita berdoa, agar cinta kita kepada Yesus sebagai Tuhan dan Guru kita semakin berkembang dari hari ke hari, sehingga pada saatnya – kita seperti Simon Petrus – dalam kapasitas kita masing, dapat melaksanakan tugas kita, untuk menggembalakan kawanan domba yang diserahkan Tuhan kepada kita, entah kita sebagai awam, biarawan/wati, ataupun kita sebagai seorang imam. Tuhan memberkati kita. (FCW).

Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.


NOVENA ROH KUDUS HARI KESEMBILAN
(Sabtu, 3 Juni 2017)

Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta-Mu.

Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, maka segalanya menjadi baru dan Engkau membaharui muka bumi.

Doa Pembuka

Allah yang Mahakuasa, kebangkitan Putra-Mu telah menumbuhkan hidup baru dalam diri kami. Semoga karena bantuan Roh-Mu kami mewujudkan rahmat kebangkitan dalam hidup kami sehari-hari. Demi Yesus Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa. Amin

Bacaan Injil (Yoh.21:20-25)

Setelah Yesus yang bangkit berkata kepada Petrus, “Ikutilah Aku,” Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?”

Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?”

Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.”

Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.”

Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.

Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.

Saat Hening untuk Merenungkan Firman Tuhan

Injil Yohanes pada peringatan St. Karolus Lwanga dkk. (martir) berbicara kepada kepada kita tentang dialog yang terjadi antara Petrus dengan Yesus tentang murid yang dikasihi Yesus.

Dengan dialog ini penginjil mau menyatakan kepada kita bahwa tidak perlulah para murid membanding-bandingkan panggilan Tuhan yang diberikan secara khusus kepadanya dan membandingkannya dengan panggilan orang lain. Cukuplah masing-masing setia, bertekun dan mengembangkan panggilan yang Tuhan telah berikan kepadanya dan menyadari bahwa panggilan Tuhan yang diberikan itu penting untuk membangun tubuh Kristus, yakni Gereja-Nya, berguna bagi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan bersama umat Allah dan juga berguna untuk semua yang berkehendak baik.

Karena itulah kepada Petrus, Yesus berkata, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.” (Yoh.21:22). Atas sabda Yesus ini, Petrus yang dipanggil sebagai gembala umat setia mengikuti Yesus sampai pada akhirnya ia rela mati untuk-Nya. Sementara murid yang dikasihi Yesus mengikuti panggilan Tuhan yang diberikan kepadanya menjadi saksi kebenaran tentang Yesus, yakni dengan pengajaran dan tulis-tulisannya dan ia hidup sampai usia lanjut  dan meninggal dalam damai.

Berdasarkan Firman Tuhan hari ini dan juga disemangati oleh St. Karolus Lwanga dkk. (martir), marilah kita berdoa, agar kita juga bertekun, setia dan berkembang dengan panggilan Tuhan yang diberikan kepada kita masing-masing, sebab kesemuanya itu berguna bagi perkembangan umat Allah, perluasan Kerajaan Allah dan keselamatan umat manusia. Tuhan memberkati kita semua. (FCW).

Doa Penutup

Marilah berdoa: Ya Allah, Engkau mengajar hati orang beriman dengan pencurahan Roh Kudus. Berilah agar dengan berkat Roh Kudus ini kami dapat mengerti apa yang benar dan senantiasa memperoleh penghiburan dan pertolongan karenanya. Dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

AKU PERCAYA AKAN ROH KUDUS
(Katekismus Gereja Katolik No.683-686)

683 "Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: `Yesus adalah Tuhan', selain oleh Roh Kudus" (1 Kor 12:3). Allah mengirim "Roh Putra-Nya dalam hati kita, Roh yang berseru: `Abba, Bapa'" (Gal 4:6). Pengertian iman ini hanya mungkin dalam Roh Kudus. Supaya bisa berhubungan dengan Kristus, lebih dahulu orang harus disentuh oleh Roh Kudus. Ia datang menemui kita dan membangkitkan iman dalam kita. Oleh Sakramen iman pertama, yakni Pembaptisan, kehidupan yang berasal dari Bapa dan yang dianugerahkan kepada kita dalam Putra, dilanjutkan kepada kita, atas cara yang sangat mendalam dan pribadi, di dalam Gereja melalui Roh Kudus: "Pembaptisan memberi rahmat kepada kita, supaya kita dilahirkan kembali dalam Allah Bapa oleh Putra dan dalam Roh Kudus. Mereka yang memiliki Roh Allah, dibawa kepada Sabda, artinya kepada Putra; tetapi Putra memperkenalkan mereka kepada Bapa, dan Bapa menganugerahkan kepada mereka kebakaan. Jadi, tidak mungkin melihat Putra Allah tanpa Roh, dan mendekati Bapa tanpa Putra, karena pengetahuan tentang Bapa adalah Putra, dan pengetahuan tentang Allah Putra terjadi dalam Roh Kudus" (Ireneus, dem. 7).

684 Melalui rahmat-Nya, Roh Kuduslah yang pertama membangkitkan iman kita dan mengkomunikasikan kehidupan baru. Kehidupan ini berarti "mengakui Bapa dan Yesus Kristus" yang Ia utus (Yoh 17:3). Tetapi Roh Kuduslah yang diwahyukan terakhir dari Pribadi-pribadi Tritunggal Mahakudus. Santo Gregorius dari Nasiansa, "sang teolog", menjelaskan urutan ini sebagai hasil pedagogi ilahi yang penuh cinta:

"Perjanjian Lama mewahyukan Bapa secara terbuka, Putra samar-samar. Perjanjian Baru mewahyukan Putra dan memberi kepada kita tanda-tanda awal mengenai ke-Allahan Roh. Sekarang Roh tinggal di antara kita dan memberi kepada kita satu pandangan yang jelas mengenai diri-Nya. Ketika orang belum mengakui ke-Allah-an Bapa, rasanya tidak bijaksana untuk mengumumkan Putra secara terbuka, dan ketika ke-Allah-an Putra belum diterima, maka tidak bijaksana pula menambahkan lagi Roh Kudus sebagai beban baru, untuk sekedar menggunakan ungkapan yang agak berani ... Setelah maju dan berkembang `dari satu kemuliaan kepada kemuliaan yang lain', cahaya Tritunggal akan bersinar bagi mereka yang sudah lebih matang" (or. theol. 5,26).

685 Percaya akan Roh Kudus berarti mengakui bahwa Roh Kudus adalah satu Pribadi dalam Tritunggal Mahakudus, sehakikat dengan Bapa dan Putra, dan bahwa Ia "bersama dengan Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan" (Syahadat Nisea-Konstantinopel). Oleh karena itu, rahasia ilahi Roh Kudus sudah kita bicarakan dalam "teologi" Tritunggal. Di sini dibicarakan tentang tempat Roh Kudus dalam karya keselamatan.

686 Bersama Bapa dan Putra, Roh Kudus melaksanakan dari awal sampai pada kepenuhannya, keputusan demi keselamatan kita. Tetapi baru sekarang, dalam "waktu terakhir ini", yang dibuka oleh inkarnasi Putra yang menebuskan, Ia diwahyukan dan dikenal, diberikan dan diterima sebagai Pribadi. Sekarang keputusan ilahi itu - yang Kristus laksanakan sebagai "Anak sulung" dan Kepala ciptaan baru melalui Roh yang dicurahkan itu - di dalam umat manusia memperoleh bentuknya sebagai Gereja, persekutuan para kudus, sebagai pengampunan dosa, kebangkitan badan, dan kehidupan kekal.

PENTEKOSTA
(Katekismus Gereja Katolik No.731-732)

731 Pada hari Pentekosta (pada hari terakhir dari ketujuh minggu Paska) selesailah Paska Kristus dalam curahan Roh Kudus. Sekarang Ia nyata sebagai Pribadi ilahi. Sekarang Ia diberikan dan diumumkan secara terbuka sebagai Pribadi ilahi. Kristus Tuhan memberi Roh dalam kelimpahan.

732 Pada hari itu Tritunggal Mahakudus dinyatakan secara penuh dan utuh. Sejak hari itu Kerajaan yang diumumkan Kristus telah dibuka bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Meskipun mereka manusia lemah, namun dalam iman mereka sudah ikut ambil bagian dalam persekutuan Tritunggal Mahakudus. Oleh kedatangan-Nya yang tidak terputus-putus, Roh Kudus membiarkan dunia masuk ke dalam "zaman terakhir", zaman Gereja: Kerajaan Allah sudah diterima sebagai warisan, namun belum diselesaikan.

"Kami telah melihat terang yang benar, kami telah menerima Roh surgawi, kami telah mendapat iman yang benar. Kami menyembah Tritunggal yang fdak terbagi karena Ia telah menyelamatkan kita" (Liturgi Bisantin; Tropar dalam Ibadat Sore Pentekosta; diambil sebagai nyanyian sesudah komuni dalam perayaan Ekaristi).

KARUNIA DAN BUAH-BUAH ROH KUDUS
(Katekismus Gereja Katolik No.1830-1832)

1830 Kehidupan moral orang-orang Kristen ditopang oleh karunia-karunia Roh Kudus. Karunia ini merupakan sikap yang tetap, yang mencondongkan manusia, supaya mengikuti dorongan Roh Kudus.

1831 Ketujuh karunia Roh Kudus adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan rasa takut kepada Allah. Dalam seluruh kepenuhannya mereka adalah milik Kristus, Putra Daud Bdk. Yes 1-2.. Mereka melengkapkan dan menyempurnakan kebajikan dari mereka yang menerimanya. Mereka membuat umat beriman siap mematuhi ilham ilahi dengan sukarela. "Kiranya Roh-Mu yang baik menuntun aku di tanah yang rata" (Mzm 143:10). "Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah ... Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris; kita adalah ahli waris Allah dan rekan ahli waris Kristus" (Rm 8:14.17).

1832 Buah-buah Roh adalah kesempurnaan, yang Roh Kudus hasilkan di dalam kita sebagai buah-buah sulung kemuliaan abadi. Tradisi Gereja menyebutkan dua belas macam: "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri, kerendahan hati, kesederhanaan, dan kemurnian" (Gal 5:22-23 Vg.).


Sumber:

http://ekaristi.org
Madah Bakti.
Penanggalan Liturgi 2017. Tahun A/I. Komisi Liturgi 2017.
You Tube.

Wednesday, May 17, 2017

KEGIATAN BAKTI SOSIAL DAN PENGOBATAN GRATIS DI STASI ST. MARIA, ASUANSANG


Jumat, 12 Mei – Minggu, 14 Mei 2017,  228 Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Sambas, khususnya OMK wilayah Sajingan Besar dan OMK Sambas kota mengadakan “Bakti Sosial dan Pengobatan Gratis” (BSPG) di Stasi St. Maria, Asuansang, Paroki Kristus Raja, Sambas.

Menurut F. Deni Surianto, pendamping OMK Paroki Sambas, tujuan diadakannya kegiatan BSPG ada dua. Pertama, agar umat Stasi Asuansang, walaupun secara geografis letakknya agak terpencil dari Paroki Sambas, dikenal sebagai dusun yang relatif baru  dan jumlah umat yang sedikit, namun tetap merasa bagian tak terpisahkan dari Paroki Sambas. Kedua, agar OMK memiliki kepeduliaan dengan perkembangan Gereja, khususnya Gereja di daerah terpencil; memiliki kreativitas dalam bidang seni dan memiliki iman yang mantap, sehingga sesuai dengan tema BSPG, yakni “OMK Siap Melayani” mereka sungguh siap memberi diri untuk sesama yang memerlukan bantuan atau pertolongan.


Sebelum berangkat ke Asuansang, OMK Paroki Sambas berkumpul di Batang Air dan  akan berangkat bersama-sama dengan sepeda motor sekitar pukul 14.00 Wib. Tetapi karena cuaca mendung, beberapa OMK berangkat terlebih dahulu.

Ketika rombongan terakhir OMK Sambas bersama Pastor Moderator OMK Sambas, F. Cahyo Widiyanto OFMCap hampir sampai di stasi Asuansang, mereka disambut dengan hujan yang lumayan lebat. Namun demikian, hujan tidak mengurangi semangat OMK untuk mengikuti kegiatan BSPG.

Sesampainya rombongan di Asuansang, semua anggota OMK Paroki Sambas di sambut dan didoakan secara adat oleh Ketua Adat Dusun Asuansang, Bapak Aleksander Tangguan, agar kiranya semua kegiatan BSPG dapat berjalan dengan baik dan lancar, tidak ada satu gangguan apapun. Setelah acara doa dan penyambutan, maka pastor F. Cahyo Widiyanto OFMCap memotong dan memancung buluh muda dan bersama OMK memakan sirih, pinang, gambir dan kapur dan sambil diiringi tarian adat berjalan menuju ke tempat penginapan masing-masing stasi.


Bakti Sosial dan Pengobatan Gratis

Bakti sosial yang dilakukan OMK di Asuansang mencakup lima tempat, yaitu memagar dan mengecat pagar gereja stasi St. Maria Asuansang; membersihkan, memagar dan mengecat pagar sekolah SDN 11 Asuansang; membersihkan lingkungan dan membuat saluran air di Puskesdes Asuansang; membersihkan dan membuat parit di komplek gereja protestan GKE; membersihkan rumput-rumputan di Balai Dusun Asuansang dan jalan menuju pelabuhan sungai air pasang-surut serta menuju ke perumahan penduduk.


Agar OMK dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka OMK telah dibagi dalam kelompok-kelompok kerja, bukan berdasarkan asal stasi mereka, tetapi dipilih secara acak agar sesama OMK dapat saling mengenal satu dengan yang lain. Kelompok kerja yang dimaksud adalah kelompok St. Maria, St. Fransiskus, St. Yosef, St. Yohanes dan St. Markus. Dalam kelompok masing-masing mereka juga mempunyai yel-yel kelompok yang dapat menyatukan dan menyemangati mereka dalam seluruh aktivitas mereka selama mengikuti BSPG di stasi Asuansang. Di samping itu di antara OMK dipersiapkan tim ice breaking yang mempunyai tugas membawakan lagu-lagu dan permainan kelompok untuk menghidupkan suasana sehingga terlihat meriah dan semangat.


Kegiatan bakti sosial juga menjadi semakin bersemangat karena para tentara zipur yang sedang bertugas di Asuansang ikut membantu OMK dalam bakti sosial yang diselenggarakan. Dalam pelaksanannya bakti sosial yang dilakukan OMK dijiwai oleh semangat untuk saling bantu membantu satu dengan yang lain. Oleh karena itulah ketika kelompok yang satu sudah menyelesaikan tugasnya, kelompok itu membantu kelompok lain yang belum selesai. Setelah OMK selesai melakukan bakti sosial, nampaklah bahwa gereja stasi Asuansang terlihat lebih indah dan rapi.


Untuk kegiatan pengobatan gratis di stasi Asuansang pelaksanaanya ditangani oleh dua dokter, yakni Dr Eri dan Dr Adrian dan juga didampingi oleh Sr. Donata KFS, bidan Michele  dan tenaga medis yang lain. Dalam pengobatan gratis ini ada 99 pasien yang datang untuk berobat.


Sebelum kegiatan pengobatan gratis, Sr. Donata KFS memberikan presentasi kepada OMK berkaiatan dengan “Kesehatan Reproduksi Remaja dan Narkoba”. Yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi. Dengan pemberian materi ini, diharapkan agar OMK mengetahui betapa pentingnya kesehatan reproduksi bagi mereka karena hal ini berhubungan dengan manusia sebagai makluk seksual yang terdiri dari emosi, kepribadian dan sikap; OMK dapat menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan mereka sehari-hari dan OMK dapat menghindari hal-hal yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan reproduksi mereka.


Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Tujuan pembahasan berkaitan dengan narkoba ini adalah agar OMK dapat mengetahui apa itu narkoba dan bahaya narkoba bagi kesehatan tubuh dan jiwa. Dengan mengetahuinya diharapkan agar OMK dapat menghindari dan tidak mengkomsumsi narkoba, sebab generasi muda adalah harapan gereja, bangsa dan negara.


Pentas Seni

Setelah dari pagi sampai sore mengadakan BSPG, malam harinya OMK mengadakan pentas seni untuk mengaktualisasikan bakat-bakat mereka dalam bidang seni. Dengan kreativitas seni yang ditampilkan OMK mau menampilkan sisi keindahan dan kehalusan jiwa manusia dalam suatu harmoni.


Pada malam pentas seni yang dihadiri oleh kepala dusun Asuansang, Bapak Martinus Martin dan Danton Zipur, Letnan Wardiman dan para undangan lainnya, tuan rumah stasi Asuansang yang diwakili oleh para remaja menampilkan tarian kolaborasi yang para pemainnya berasal dari agama Katolik, Protestan dan Islam yang kesemuanya menunjukan adanya keindahan dalam kebinekaan. Stasi Aruk menyumbangkan tarian modern dance. Stasi sajingan dan Nyalak (Senipahan) menampilkan lawak yang membuat OMK dan tamu undangan tertawa terpingkal-pingkal. Stasi Tapang menampilkan nyanyian ciptaan mereka sendiri dan OMK dari Sambas kota menampilkan lagu yang diiriingi oleh gitar akustik dan sapé.


Akhirnya kegiatan pentas seni ditutup dengan menyalakan api unggun bersama yang menjadi simbol agar semangat OMK tidak pernah padam, selalu menyala menjadi jiwa Gereja, terus membangun kebersamaan dan kekompakkan dan bersatu hati meraih yang terbaik bagi Gereja dan masyarakat.


Ekaristi Kaum Muda

Kegiatan BSPG di stasi St. Maria, Asuansang akhirnya memuncak dalam perayaan ekaristi kaum muda (EKM). Artinya seluruh rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan memuncak dalam perayaan syukur ekaristi, yang dianimasi oleh OMK Paroki Kristus Raja Sambas.


Bahwa EKM sesuai dengan namanya adalah ekaristi kaum muda, maka seluruh petugas liturgi adalah kaum muda. Yang menganimasi seluruh nyanyian dalam EKM, Mazmur dan Alleluya adalah OMK dari stasi Sajingan; tari pembuka dari Aruk, petugas bacaan I dari stasi Tapang, petugas bacaan II dari stasi Nyalak, tarian persembahan dari stasi Asuansang dan petugas doa umat dari stasi Sasak.

Dalam kotbahnya, Pastor Cahyo menyatakan kebanggaan kepada OMK, karena mereka telah menjadi OMK yang beriman, peduli dan yang gembira dan ini semua, nampak dalam bakti sosial bersama yang telah dilakukan, dalam kreativitas pentas seni yang telah ditampilkan dan juga dalam keterlibatan dan kreativitas OMK dalam EKM.


Dalam semangat Paskah, Pastor Cahyo mengajak semua OMK, agar mereka dari hari ke hari semakin percaya bahwa Tuhan Yesuslah jalan, kebenaran dan hidup mereka. Berangkat dari kepercayaan itu, OMK sebagai bagian dari bangsa yang terpilih, kaum imam yang rajawi, bangsa yang kudus, umat Allah sendiri dapat menjadi batu-batu yang hidup, yakni dengan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari, yang diwujudkan dengan kesetiaan di dalam doa, membaca dan merenungkan Firman Tuhan baik pribadi dan bersama dan juga giat dalam karya cinta kasih kepada sesama, khususnya mereka yang memerlukan uluran tangan mereka.

Pesan dan Kesan atas Kegiatan BSPG

Dalam kata sambutannya, Ketua Umat Stasi St. Maria, Asuansang, Bapak Marselinus Mingkiat mengucapkan banyak terima kasih karena stasi Asuansang telah dipercaya sebagai tempat kegiatan BSPG yang di wilayah Sajingan adalah kegiatan pertama kalinya. Ia menilai kegiatan BSPG di stasi Asuansang dikatakan berhasil, karena  semua kegiatan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar, baik dan sukses sebagaimana diharapkan. Keberhasilan kegiatan ini tentulah di samping berkat partisipasi dan kerja sama dengan OMK, dukungan pastor paroki, para pejabat pemerintahan desa dan kepolisian, tentu juga berkat penyertaan Tuhan yang luar biasa.Sebagai Ketua Umat, Bapak Mingkiat mensuport kegiatan BSPG OMK karena dengan kegiatan ini, OMK semakin dilatih untuk memiliki semangat tinggi, mempunyai daya juang, semangat kegotong-royongan, kebersamaan, kemampuan untuk saling mengenal satu dengan yang lain dan belajar menjaga sportivitas. Ia berharap agar kegiatan BSPG OMK ini bukan hanya bersifat seremonial belaka, tetapi bsa berkelanjutan dan berkesinambungan dan ditingkatkan pada kesempatan yang lain.


Ketua Panitia kegiatan BSPG, Bapak Ardiansyah menyatakan, umat di stasi Asuansang dapat belajar banyak dari apa yang sudah dilakukan selama kegiatan BSPG ini. Ia berharap, agar kegiatan OMK di stasi Asuansang ini tidak hanya berhenti di sini, tetapi berkelanjutan. Ia meminta agar dalam agenda kegiatan OMK Paroki, OMK stasi Asuansang senantiasa diundang dan dilibatkan, sehingga OMK di stasi Asuansang dapat juga maju dan berkembang. Akhir kata dalam kata sambutannya, Bapak Ardiansyah menantang seluruh OMK Paroki, agar berani datang kembali ke Asuansang untuk mengikuti kegiatan OMK, apapun bentuknya nanti.


Kepala Desa Sungai Bening, Bapak Efensius, menyatakan, bahwa ia sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan BSPG di Asuansang ini, sehingga masyarakat Asuansang yang dulu tidak dikenal, sekarang dapat maju dan berkembang, tetap hidup dalam kekompakan dan kegotong-royongannya dan tetap hidup dalam keharmonisan dalam penghayatan hidup beragama yang ada dalam masyarakat. Kepada OMK, Bapak Efensius mengingatkan, OMK adalah garda terdepan untuk membangun bangsa, negara dan agama. Oleh karena itulah ia mengajak, agar OMK dapat berkerja sama dengan baik dan bahu membahu dalam hal positif untuk dapat membangun wilayah desanya masing-masing dan juga gereja. Ia berharap agar setiap tahun ada kegiatan seperti BSPG ini.


Antonius Aan, Ketua OMK Sambas dalam pesan dan kesannya menyatakan, bahwa ia sangat senang mengikuti kegiatan BSPG, karena dengan mengikuti kegiatan ini, ia diajar untuk bekerja sama dan menjaga kekompakan dalam setiap kegiatan. Ia berharap, agar kegiatan BSPG ini tidak hanya putus sampai di sini, tetapi bisa diteruskan di waktu dan tempat yang lain. Kepada OMK stasi Asuansang Aan berpesan, agar OMK stasi Asuansang dapat semakin bersemangat dan maju terus.


Seluruh rangkaian kegiatan BSPG di stasi St. Maria, Asuansang akhirnya selesai dengan foto bersama masing-masing stasi dengan latar belakang yang telah disiapkan, “OMK Siap Melayani”. Sebagaimana awal kegiatan OMK disambut dan didoakan secara adat, maka sebelum pulang OMK juga dilepaskan dan didoakan secara adat oleh Ketua Adat dusun Asuansang Bapak Aleksander Tangguan. Terima kasih umat stasi St. Maria, Asuansang. Terima kasih semua OMK Paroki Kristus Raja Sambas. Sampai jumpa nanti dalam pertemuan OMK berikut. (FCW).